Gubernur Rahmat Mirzani Djausal saat menyerahkan zakat ke pengurus BAZNAS Lampung sebelum Idul Fitri 1446 H lalu. (f/inilampung)
INILAMPUNG.COM - Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi Lampung terpanggil untuk terlibat aktif guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang insklusif, mandiri, dan inovatif sekaligus mendukung percepatan penurunan kemiskinan di daerah ini.
Terkait kesiapan kolaborasinya demi kemajuan Lampung itu, telah disiapkan beberapa strategi.
Hal tersebut diungkapkan Ketua BAZNAS Lampung, Dr. Drs. H. Iskandar Zulkarnain, MH, dalam FGD diskusi tematik penyusunan awal rancangan RPJMD Provinsi Lampung Tahun 2025-2029 di Gedung Rektorat Unila, Kamis (10/4/2025) pagi.
Dalam makalah bertajuk Strategi Pemberdayaan Masyarakat untuk Pengentasan Kemiskinan di Provinsi Lampung melalui Program BAZNAS, Iskandar membeberkan optimalisasi pendistribusian dan pendayagunaan zakat selama ini, yaitu berbasis database mustahik yang menggambarkan asnaf, menyeluruh, terintegrasi, dan mutakhir.
Memenuhi kebutuhan dasar mustahik dan meningkatkan kesejahteraan mustahik, pendayagunaan yang sistematis dan berkesinambungan, serta pelayanan pada mustahik zakat dengan pendekatan komprehensif, misalnya pendekatan agama, pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
Sebagai lembaga resmi yang bertugas mengelola dana zakat, infak, dan sedekah (ZIS), menurut Iskandar Zulkarnain, dalam pendistribusiannya BAZNAS menyentuh urusan pendidikan, kesehatan, dan kemanusiaan, sedangkan pendayagunaannya menyangkut urusan pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
Provinsi Lampung saat ini menghadapi tantangan kemiskinan sebesar 10,62%. BAZNAS telah merancang strategi pemberdayaan masyarakat berbasis zakat yang holistik, menggabungkan pendekatan ekonomi, sosial, dan kesehatan.
"Program-program BAZNAS dirancang untuk memberdayakan mustahik secara berkelanjutan, dengan fokus pada peningkatan kapasitas, akses sumber daya, dan ketahanan masyarakat," tutur wartawan senior itu.
Dia (Iskandar) menguraikan angka kemiskinan di Lampung per September 2024 lalu sebanyak 7,91% atau sekitar 239,51 ribu jiwa di perkotaan, sedangkan yang di pedesaan 12,04% atau sekitar 699,80 ribu jiwa.
Pendekatan Pemberdayaan
Dijelaskan Iskandar, zakat dapat menjadi alat yang efektif untuk transformasi ekonomi.
Yaitu melalui pendekatan pemberdayaan, kolaborasi, dan inovasi berbasis kearifan lokal, serta dengan rekomendasi guna memperluas program dan memperkuat sistem monitoring.
Dengan demikian, diharapkan dampak positif dari zakat dapat dirasakan lebih luas oleh masyarakat.
Lalu apa yang akan dilakukan BAZNAS Lampung mendorong pertumbuhan ekonomi dan percepatan penurunan kemiskinan?
Iskandar menegaskan, pihaknya mengedepankan prinsip memberdayakan masyarakat daripada sekadar memberikan bantuan.
Dengan cara ini, penerima zakat tidak hanya menjadi objek bantuan, tetapi juga subjek yang aktif dalam proses pembangunan ekonomi.
"Program-program yang dirancang BAZNAS bertujuan untuk meningkatkan kapasitas individu dan komunitas agar dapat mandiri secara ekonomi."
Selain itu kolaborasi dengan pemerintah, pesantren, dan dunia usaha untuk menciptakan sinergi yang kuat.
"Melalui kemitraan ini, sumber daya dapat dimanfaatkan secara optimal dan berbagai pihak dapat berkontribusi dalam menciptakan peluang ekonomi bagi masyarakat," ucapnya.
Salah satu rekomendasi terkait pengembangan program, menurut Iskandar, adalah program zakat ke daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal). Dimana daerah-daerah ini seringkali mengalami kesulitan dalam akses terhadap sumber daya dan layanan dasar.
Dengan memperluas jangkauan program, BAZNAS dapat memberikan manfaat yang lebih luas dan membantu mengurangi kesenjangan ekonomi. (fjr/inilampung)