![]() |
Putra putri Arlian, nelayan korban yang dibunuh sadis di Pulau Legundi, (dok/rmollampung) |
INILAMPUNGCOM -- Kasus pembantaian terhadap seorang warga Dusun Si Uncal, Desa Pulau Legundi, Kecamatan Punduh Pedada, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, bernama Aliyan (68), yang mayatnya dibuang ke laut lepas, bisa dipastikan segera menjadi sorotan nasional.
Hal ini tidak lepas dari mulai terungkapnya kasus pembunuhan sadis yang terjadi 15 Maret dan dilaporkan ke Polsek Padang Cermin 17 Maret 2025 itu oleh media sejak Sabtu (5/4/2025) lalu. Anak kandung Mang Iyan –begitu korban berusia 68 tahun yang jasadnya dihempaskan ke laut oleh beberapa orang- bernama Arina, Minggu (6/4/2025) siang, menjeritkan suara hatinya.
“Kami minta keadilan kepada Bapak Presiden Prabowo dan pihak Kepolisian. Mohon dengan sangat pelaku segera ditangkap dan diproses sesuai hukum yang berlaku,” tutur Arina dengan suara bergetar, sebagaimana dikutip dari rmollampung.id
Sebagai anak kandung, Arina menegaskan ia dan keluarganya tetap akan menempuh jalur hukum terhadap kasus pembantaian yang dialami sang bapak.
Arina mengaku, tidak berselang lama setelah peristiwa pembantaian dan pembuangan jasad bapaknya ke laut lepas 15 Maret 2025 malam, ia didatangi Ketua RT 02, Alfian, dan Ketua RT 3, Wahab, di Pulau Selesung. Keduanya terang-terangan meminta agar kasus yang sangat mengenaskan bagi keluarganya tersebut tidak diperpanjang alias diselesaikan secara kekeluargaan saja.
“Mereka bilang mau bantu buat acara 7 hari dan 40 hari. Katanya bukan nyogok, tapi bentuk bantuan. Mereka nawarin uang sekitar Rp 5 juta sampai Rp 10 juta. Tapi saya tolak. Kami sekeluarga hanya ingin keadilan,” tegas Arina.
MPDH Minta Polda Turun Tangan
Sementara Masyarakat Peduli Demokrasi & Hukum (MPDH) Provinsi Lampung meminta Polda Lampung segera turun tangan dengan menarik kasus pembantaian di Pulau Legundi tersebut.
“Ini kasus pembunuhan yang sangat tidak manusiawi. Jasad korban begitu saja dibuang ke laut, bahkan mengangkatnya seperti membawa binatang. Dipikul pakai bambu seperti video yang beredar. Jelas-jelas pelakunya tidak memiliki prikemanusiaan. Seharusnya Polda segera bertindak, apalagi sampai hari ini sejak kasus tersebut dilaporkan sudah 21 hari,” kata Direktur MPDH Provinsi Lampung, Jupri Karim, Senin (7/4/2025) malam.
Aktivis ini mengaku telah mengumpulkan berbagai data terkait kasus tersebut dan Selasa (8/4/2025) pagi akan mengirimkan surat berikut lampirannya ke Sekretariat Negara ditujukan kepada Presiden Prabowo Subianto dengan tembusan ke Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo.
“Kami hanya menginginkan hukum ditegakkan. Jangan karena korbannya orang kecil dan terduga pelakunya banyak serta mungkin memiliki backing, aparat di daerah menjadi kurang responsif. Ini kasus kemanusiaan, dan setahu saya Kapolda Lampung sangat concern dengan kasus-kasus kemanusiaan semacam ini,” lanjut Jupri Karim.
Direktur MPDH Provinsi Lampung ini optimis, Kapolda Irjen Pol Helmy Santika akan mengambil kebijakan tegas guna mengungkap secara transparan kasus pembantaian di Pulau Legundi tersebut. Termasuk lambannya aparat Polsek Padang Cermin dalam menindaklanjuti perkara yang sangat kental nilai kemanusiaannya ini.
Sebelumnya diberitakan, sebuah sumber pada Minggu (6/4/2025) malam mengabarkan jika kasus di Pulau Legundi yang jasad korbannya dibuang ke laut ini menjadi atensi Kapolda Lampung, Irjen Pol Helmy Santika.
“Pak Kapolda secara khusus memberi atensi atas kasus di Pulau Legundi tersebut. Besar kemungkinan penanganannya ditarik ke Polres Pesawaran atau bahkan ke Polda,” kata sumber itu melalui telepon.
Ditegaskan, pembuangan jasad korban ke laut dinilai Kapolda Irjen Pol Helmy Santika sebagai perbuatan yang sangat tidak manusiawi.
“Tunggu saja, dalam waktu sehari dua ini pasti turun perintah dalam perkara di Pulau Legundi itu,” imbuhnya.
Periksa Se-Kampung
Lalu apa yang telah dilakukan polisi setelah kasus ini dilaporkan anak kandung korban, Arina (40), pada 17 Maret lalu? Kapolsek Padang Cermin, AKP Agus Jatmiko, mengaku pihaknya telah memeriksa puluhan saksi.
“(Orang) Satu kampung sudah kami periksa. Tapi, sampai sekarang korban memang belum ditemukan. Informasinya, jasad korban dibuang ke laut malam kejadian itu juga,” beber Kapolsek AKP Agus Jatmiko, Sabtu (5/4/2025) pekan lalu, kepada media.
Sayangnya, Kapolsek Padang Cermin tidak mengungkapkan apa hasil pemeriksaan yang dilakukan pihaknya terhadap orang se-kampung Si Uncal, Desa Pulau Legundi, Punduh Pedada, itu.
Menurut perkiraannya, malam saat jasad Mang Iyan dibuang ke laut, tengah berhembus angin barat, sehingga kemungkinan besar tubuhnya terbawa arus ke laut lepas.
Sementara, dalam surat bernomor: B/30/III/2025/Reksrim, Perihal: Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyelidikan/Penyidikan, tertanggal 20 Maret 2025 yang ditujukan kepada Arina binti Aliyan selaku pelapor, yang ditandatangani Kanitreskrim Polsek Padang Cermin, IPDA Sofian S, SH, selaku penyidik, menyatakan bahwa laporan yang disampaikan anak kandung korban Mang Iyan telah diterima dan akan dilakukan penyelidikan dalam waktu 14 hari.
Pada surat itu juga diungkapkan, guna kepentingan penyelidikan atas laporan Arina, telah ditunjuk Banit Reskrim Brigpol Andi Prayoga selaku penyidik pembantu.
“Jika diperlukan dapat menghubungi yang bersangkutan dalam upaya mempercepat proses penyidikan,” tulis surat Kanit Reskrim Polsek Padang Cermin.
Seperti diketahui, kasus pembunuhan terhadap Aliyan bermula dari cekcok dirinya dengan sang keponakan bernama Safarudin, Sabtu (15/3/2025) malam. Tidak lama berselang, begitu pengakuan anak korban, Arina, dalam kronologis yang dibuatnya, berdatangan beberapa orang ke rumah bapaknya setelah istri Safarudin berteriak jika suaminya digorok.
“Ada Kang Wasih, Oman, Tuni, Verdi, Muchlisin, Pak Kadus Suhaili, dan beberapa lainnya. Selanjutnya saya lihat mereka semua berlari menuju rumah bapak dan rumah Safarudin sambil membawa karung besar dan tali putih. Saya melihat dengan jelas, yang membawa karung besar adalah si Oman dan tali putih dibawa oleh Tuni. Mereka masuk ke rumah bapak,” urainya.
Sekitar 5 menit kemudian, Arina mengaku melihat mereka menuju dermaga jembatan Si Uncal sambil membawa pikulan karung besar yang digotong dengan dua batang bambu.
“Ada 4 orang yang saya lihat dengan jelas memikulnya menuju kapal. Yaitu si Oman yang memakai baju putih, Tuni memakai kaos singlet dan bercelana panjang warna coklat, Rohili memakai baju merah, dan Heri Bombom memakai kaos abu-abu bercelana pendek warna hitam. Melihat hal tersebut, saya tambah ketakutan dan tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya,” lanjutnya.
Apa yang dibeberkan Arina sama persis dengan video yang beredar dan telah viral. Dalam kronologis yang dibuatnya, ia juga menyebut keterlibatan Kepala Dusun Si Uncal, Suhaili. Bahkan Suhaili-lah yang memberi isyarat bila bapaknya telah dibuang ke laut.
Ia berharap, laporannya ke Polsek Padang Cermin yang teregistrasi dengan nomor: No LP/ B/24/III/2025/SPKT/POLSEK PADANG CERMIN/POLRES PESAWARAN/POLDA LAMPUNG, dapat segera ditindaklanjuti sesuai hukum yang berlaku, dan jasad sang bapak bisa ditemukan. (fjr/inilampung)