Cari Berita

Breaking News

Menghidupkan Kembali Kearifan Lokal

Dibaca : 0
 
Editor: Rizal
Sabtu, 22 Februari 2025

Muhammad Medani Bahagianda

Oleh : Mohammad Medani Bahagianda

 

GLOBALISASI telah membawa berbagai perubahan besar dalam masyarakat, baik dalam aspek ekonomi, teknologi, maupun budaya. Dunia semakin terhubung, dan batasan-batasan yang dulu ada antara negara-negara dan komunitas lokal, kini semakin memudar.


Dalam konteks ini, kearifan lokal seringkali dianggap sebagai sesuatu yang kuno, tradisional, dan mungkin tidak lagi relevan di era modern ini. Namun, apakah benar demikian? Apakah tradisi dan kearifan lokal tidak lagi memiliki tempat di dunia yang serba cepat dan digital ini?


Kearifan lokal mencakup pengetahuan, praktik, nilai-nilai, dan adat istiadat yang telah diwariskan secara turun-temurun dalam sebuah komunitas atau budaya tertentu. Kearifan ini biasanya-berkaitan erat dengan cara masyarakat beradaptasi dengan lingkungan alam dan sosial mereka. Misalnya, nilai-nilai gotong royong, saling menghormati, menjaga keseimbangan alam, serta kebijaksanaan dalam menghadapi masalah sehari-hari adalah bagian dari kearifan lokal di berbagai budaya di Indonesia.


Salah satu tantangan terbesar bagi kearifan lokal di era globalisasi adalah invasi budaya asing yang seringkali membawa pengaruh kuat pada gaya hidup, pola pikir, dan nilai-nilai masyarakat. 


Budaya populer, teknologi modern, dan arus informasi global membuat tradisi-tradisi lokal sering dianggap ketinggalan zaman dan tidak sejalan dengan tuntutan kehidupan modern.

Banyak orang, terutama generasi muda, memilih mengadopsi budaya global yang dianggap lebih modern dan relevan, dengan meninggalkan kearifan lokal yang mungkin terasa asing bagi mereka.


Namun, penting untuk menyadari, bahwa kearifan lokal bukanlah sekadar artefak dari masa lalu yang tak lagi relevan. Justru, di era globalisasi ini, kearifan lokal dapat menawarkan solusi atas berbagai tantangan yang dihadapi masyarakat modern, seperti krisis lingkungan, ketimpangan sosial, dan hilangnya identitas budaya.


Banyak kearifan lokal yang mengajarkan masyarakat untuk hidup selaras dengan alam. Di tengah krisis lingkungan yang semakin parah, nilai-nilai kearifan lokal, seperti penghormatan terhadap alam dan cara-cara tradisional dalam bertani, berburu, atau menangkap ikan yang berkelanjutan, dapat menjadi model yang relevan bagi keberlanjutan lingkungan.


Globalisasi seringkali membuat masyarakat kehilangan identitas budaya mereka, terhanyut dalam arus budaya global yang homogen. Dalam konteks ini, kearifan lokal dapat menjadi penanda identitas yang kuat dan unik bagi suatu komunitas. Dengan menjaga dan melestarikan tradisi, masyarakat dapat tetap terhubung dengan akar budaya mereka, sekaligus membangun rasa bangga akan identitas lokal.


Kearifan lokal juga mengajarkan nilai-nilai sosial yang masih sangat relevan di era modern, seperti gotong royong, toleransi, dan keharmonisan antarwarga. Di tengah maraknya individualisme dan kompetisi dalam masyarakat global, nilai-nilai ini bisa menjadi penyeimbang yang penting untuk menjaga kohesi sosial.


Untuk menghidupkan kembali kearifan lokal di era globalisasi, dibutuhkan pendekatan yang kreatif dan adaptif. Tradisi tidak harus dipertahankan dalam bentuk aslinya, tetapi dapat dimodifikasi agar lebih sesuai dengan konteks zaman sekarang. Teknologi, misalnya, bisa digunakan untuk mempromosikan dan melestarikan tradisi. Banyak komunitas saat ini yang menggunakan media sosial untuk mengenalkan kembali tradisi dan kearifan lokal kepada generasi muda.


Selain itu, pendidikan juga berperan penting. Mendidik generasi muda tentang pentingnya kearifan lokal, baik dari sisi sejarah, budaya, maupun manfaatnya bagi kehidupan saat ini, dapat menjadi langkah penting dalam menjaga tradisi agar tetap hidup.


Kearifan lokal masih sangat relevan di era globalisasi. Meskipun menghadapi tantangan besar dari budaya global, kearifan lokal memiliki potensi besar untuk memberikan solusi bagi berbagai permasalahan modern, sekaligus menjaga identitas budaya dan nilai-nilai sosial yang penting. 


Oleh karena itu, menghidupkan kembali dan melestarikan kearifan lokal bukanlah sekadar tugas untuk menjaga warisan masa lalu, tetapi juga sebagai upaya membangun masa depan yang lebih seimbang, berkelanjutan, dan inklusif. (*)

LIPSUS