• Puisi Esai
Para petani singkong di sejumlah kabupaten di Lampung saat ini sedang gigit jari. Pasca protes harga singkong.(1)
—-------
ini bukan mimpi, kau tahu, bukan mimpi di atas mimpi (2)
pabrik-pabrik penerima singkong tutup
produksi sementara dihentikan. bertonton
singkong hasil panen bergunung
atau
jadi hamparan permadani. menunggu busuk lalu
kering legam selayaknya tiwul.
kau tahu, pabrikpabrik tapioka itu tak
mau membeli singkong setelah para petani
demonstrasi. menuntut harga beli singkong
yang telah ditetapkan pemerintah, bukan
sesuka harga dari pabrikpabrik itu. bukan!
petani yang punya singkong, petni juga
seharusnya yang menetapkan harga jual
meski tidak akan mencekik pembeli. mereka
tahu layaknya harga perkilo singkong
sebab petani singkong bukan tengkulak
atau penipu di jalan penjualan. “cukuplah
dihargai yang sesuai, semestinya, bukan
jadi pekerja rodi. mengolah tanah, menanam
singkong, lalu mencabut, dan dikumpulkan
untuk dijual ke cukong pabrik. sudah
bersyukur,” kata petani singkong
pagi mekar, sisa hujan masih menggantung
di tubuhtubuh daun singkong. matahari
melumuri badan para petani. “panen
singkong kami tunda!” gumamnya
pasalnya, kalaupun dipanen, singkong itu
akan memenuhi tanah lapang atau disimpan
di gudang bawah rumah panggung – akan
membusuk juga – maka biarlah di kebun
jadi tangantangan yang melambai
ditingkahi angin,
dimainkan oleh tarian angin di musim
hujan. walaupun kelak banjir menghantam
kebun singkong jadi lautan besar
“inilah protes kami, para petani singkong,
yang dizalimi para pemilik pabrik,” kata perani,
mereka seperti sepakat, cinta pada diri
lebih mulia daripada dikalahkan oleh
para cukong
siang makin menancapkan kukukukunya
ke tubuh para petani singkong di hamparan
kebun -dari lampung tengah, mesuji,
tulangbawang, hingga daerah lain di
lampung- mereka menanti penguasa
dan wakil rakyat
di parlemen, turut mendesak pemilik
pabrik tidak menuput pembelian singkong
seharga yang disepakati. “kami ingin
hidup, anakanak kami mau makan dan
perlu lainnya,
kami tak mau hasil panen ini membusuk
di ladangladang.”
sebab, jika pabrikpabrik itu tak mau beli
singkong kami, siapa yang makar?
tapioka akan hilang di pasar
tepung tak ditemui di warung
jutaan rakyat hilang mata pencarian,
ke mana kami harus meratapi nasib ini
kalau tidak kepada tuan + puan di parlemen
dan pemerintahan
*
bacalah kabar di mediamedia, dua pemilik
pabrik tapioka di daerah ini yang semenamena
membeli singkong berharga di bawah
kesepakatan pemerintah dan petani,
dan jika para pemilik singkong menolak
harga itu, cukong pabrik menyetop untuk
membeli. bacalah beritaberita yang berseliweran
di beranda telepon genggam,
lalu apakah tuan + puan hanya diam?***
29 Januari 2025
______
Puisi esai ini diinspirasi dari kabar sejumlah pabrik di Lampung yang selama ini membeli singkong menutup pabrik atau menyetop untuk membeli kepada petani di Lampung.
(1)
https://lampung.tribunnews.com/2025/01/27/duka-petani-di-lampung-tengah-singkong-terancam-busuk-imbas-pabrik-tutup
(2) lirik lagu karya Ebiet G Ade