Jenazah Made Bagiase diberangkatkan dari rumah duka menuju, upacara ngaben di Lempasing, Lampung Pesawaran, Minggu, (10/12/2024) (bi/inilampung) |
INILAMPUNGCOM -- Ribuan orang hadir dalam upacara pelepasan almarhum I. Made Bagiasa, menuju lokasi "ngaben", Senin (10/12/2024).
Sebagian besar mereka adalah para elit Golkar, pejabat daerah, keluarga besar dan tokoh adat Bali yang datang dari berbagai kabupaten. Made merupakan pemuka adat Bali; Ketua Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi Provinsi Lampung, Periode 2024-2028, dan Mantan Ketua Parisade -- sebuah lembaga adat -- cukup berpengaruh dalam kerukunan warga Bali di Lampung.
Istri almarhum, Nyi Komang Suwiasih, dan Adi (putranya) tampak memotong tali sebelum diberangkatkan (bi/inilampung) |
Prosesi keberangkan "pembakaran (ngaben), berlangsung hikmat. Tak sedikit yang hadir kaget mendengar kepergian Made Bagiasa, yang tidak diawali dengan gejala sakitnya. Made Bagiase, politisi senior, mantan wakil ketua Komisi II DPRD Provinsi Lampung itu meninggal dunia, hari ini, Sabtu 7, Desember 2024, sekitar pukul 10.10.WIB.WIB.
Sebelum wafat, ia sempat mandi berenang di pantai Gunung Kunyit, Teluk Betung, lalu menjalani perawatan di RS Budi Medika, Jl.Yos Sudarso, Bandar Lampung. Pihak keluarga berharap, kepergian Made Bagiase untuk selamanya dijalaninya dengan tenang dan damai
Sekertaris Golkar Lampung Ismet Roni melepas jazat almarhum Made Bagiase di rumah duka (bi/inilampung) |
Selain banyak tokoh hadir, ratusan karangan bunga ungkapan duka cita, kepergian Made Bagiase nampak mengular hampir -- setengah kilo meter -- memenuhi kanan-kiri badan jalan menuju rumah duka di Jl. Perum Griya Sejahtera No.1 LK. 2, RT/RW: 006/-, Gunung Terang.
Sekertaris Golkar Lampung Ismet Roni, dalam sambutan pelepasan jenazah Made Bagiasa, menilai Made Bagiase adalah sosok teman yang baik. Hangat, dan punya kesetiakawan yang tinggi terhadap seseama.
Made Bagiase merupakan pribadi yang komplit. Politisi, pengusaha, dan tokoh keagamaan. Semasa hidupnya, Bli Made punya kontribusi besar bagi proses demokrasi di Lampung. "Kita doakan semoga semoga jalannya menuju Sang Pencipta dilancarkan," kata Ismet Roni mewakili keluarga besar Golkar Lampung.
Suasana haru menyelimuti kesedihan para warga, tetangga Almarhum Made Bagiasa sebelum diberangkatkan ke mobil ambulan, (dok.muhidin/Golkar) |
Hampir semua temen almarhum baik di DPRD Provinsi Lampung juga tampak hadir, Supriyadi Hamzah (Ketua Komisi III), pengurus Golkar ada: Ali Imron, Azwar Yacub, Arnol, Reza Pahlevi, Muhidin, Bambang Purwanto, dan puluhan pengusaha.
Hari ini, jasat Made Bagiasa menjalani prosesi pemakaman yang oleh adat Bali disebut "ngaben" di Lempasing, Kabupaten Pesawara, Lampung.
Dilokasi, tampak juga hadir rekan almarhum, anggota DPR RI Aprozi Alam, Mantan Ketua PWI, Supriyadi Alfian, sahabat dekat almarhum.
Anggota DPR RI Aprozi Alam, mantan ketua PWI Supriyadi Alam (temen dekat Almarhum) di acara ngaben, (dok. AMPG,Golkar). |
Ngaben adalah suatu upacara yang dilakukan masyarakat Hindu di Bali sebelum mengantarkan jenazah ke tempat peristirahatan terakhir. Ngaben dilakukan dalam rangka menyucikan roh. Sebab dalam kepercayaan agama Hindu, manusia terdiri dari badan halus (roh atau atma) dan badan kasar (fisik). Jika seseorang meninggal, yang mati hanya badan kasarnya, sedangkan rohnya tidak sehingga untuk memisahkan roh dengan badan kasarnya dan menyucikan roh tersebut perlu dilakukan upacara Ngaben.
Prosesi adat Ngaben adalah peristiwa penting yang dipercaya --- dimana keluarga yang ditinggalkan dapat membebaskan roh orang yang telah meninggal dari ikatan-ikatan duniawi menuju surga dan menunggu reinkarnasi.
Tokoh adat Bali, yang hadir di acara itu -- Made Suama menerangkan --- Ngaben adalah istilah yang berasal dari "beya," yang berarti bekal atau jenis upacara yang diperlukan dalam ngaben. Kemudian, dalam bahasa Indonesia, "beya" berubah menjadi "biaya" atau "prabeya" dalam bahasa Bali. Orang yang menyelenggarakan upacara ini disebut "meyanin."
Kata "Ngaben" atau "meyanin" sudah menjadi bahasa baku untuk menyebutkan upacara "sawa wedhana," yaitu upacara pelayanan jenazah bagi orang yang telah meninggal. Dalam bahasa Bali yang bersifat halus, ngaben disebut "Palebon," yang berasal dari kata "lebu" yang berarti tanah.
Dengan demikian, Palebon berarti mengubah menjadi abu. Ada dua cara untuk melaksanakan upacara ini, yaitu dengan membakar atau menanamkan sisa-sisa jenazah ke dalam tanah, namun cara membakar dianggap paling cepat.(bi/inilampung).