Debat Calon Walikota Bandarlampung tahun 2024 (tangkap layar: RadarTV Lampung) |
- Layanan pembuatan E-KTP lambat
- Layanan Elektronik dan digitalisasi Pemkot Bandarlampung di bawah Mesuji
- Cara atasi banjir
- Cara atasi kemacetan
- Soal hutang pemerintah kota
INILAMPUNG.COM- Debat perdana pasangan calon walikota-cawakil Reihana-Yodhi dengan petahana Eva-Deddy cukup panas. Banyak kalangan menilai jauh lebih seru dibanding debat cagub-cawagub Lampung.
Beberapa kali, moderator terlihat menenangkan audiens yang dipenuhi pendukung pasangan no 1 dan no 2.
Dan kalimat yang disambut antusias adalah ucapan calon nomor 1. "Saya tidak akan mempersulit dan menunda-nunda pembayaran gaji guru."
Hj. Reihana meski dengan kalimat yang terengah-engah menjelaskan, sebagai dokter, dirinya pasti memikirkan kesejahteraan tenaga medis, dimana Jamseskot masih banyak berhutang pada sejumlah rumah sakit yang berimplikasi pada kesejahteraan nakes. Yankes, secara otomatis juga terganggu atau kurang maksimal. "Tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan itu penting untuk meningkatkan kesejahteraan warga, khususnya nakes," kata Reihana.
Seolah tergiring pada term pendidikan dan kesehatan, paslon nomor 2 mengungkap program biling dan terus meningkatkan pemberian beasiswa. Bukan saja bagi pelajar SD, SMP, tapi juga SMK dan 500 mahasiswa. "Ke depan, kalau Eva dan Pak Dedi terpilih, akan memberikan beasiswa pada 5000 mahasiswa," kata Hj Eva Dwiyana.
Paling seru juga ada pada sesi ke-4. Yaitu, tanya jawab antar-pasangan calon. Meski pertanyaan cukup singkat, saling sindir terlihat sengit.
"Bagaimana cara mengatasi macet?" Tanya Eva Dwiyana.
Reihana menjelaskan, butuh transportasi publik. Sebagai kota metropolitan. "Bandarlampung harus punya trem sehingga warga tidak memakai kendaraan pribadi, minimap membatasinya. Kita tahu pembangunan jembatan layang sama sekali tidak berhasil mengatasi kemacetan."
Ucapan itu membuat gaduh. Beberapa kali moderator menenangkan sorak sorai pendukung. Reihana mengutip teori transportasi publik yang menjelaskan, pembangun flyover secara ugal-ugalan dan dibiayai dari hutang tidak mengurai kemacetan. Hanya memindahkan titik kemacetan.
Eva secara tegas membantah. Konstur tanah dan jalanan di Kota Bandarlampung tidak cocok dibuat kereta. Tapi jembatan layang dan underpass adalah kuncinya. "Kami sudah melebarkan jalan, calon nomor 1 perlu jalan-jalan ke Bandarlampung, flyover dan underpass itu kunci atasi kemacetan. Jika kami terpilih kembali, saya akan membangun dan menambah flyover lagi."
Tema debat seputar tata kelola pelayanan pemerintahan dan kesejahteraan warga itu, berlangsung sengit dan menajamkan persaingan duo bunda yang sedang berjuang merebut simpati masyarakat Kota Bandarlampung.
Budan Reihana dan Bunda Eva, seolah menabalkan wajah kota tapis berseri bahwa kota ini perlu ditata dengan sentuhan seorang ibu. Cerewet dan sedikit sinis. (*)