Cari Berita

Breaking News

Pameran Sastra Rupa #2: Gambar Babad Diponegoro

Dibaca : 0
 
Sabtu, 12 Oktober 2024


INILAMPUNG.COM, Yogyakarta --Salah satu misi penting penyelenggaraan pameran ini adalah menyosialisasikan sisi kepahlawanan Pangeran Diponegoro dalam konteks humanisme. Sisi humanistik Diponegoro jarang diketahui oleh publik. Karena, yang muncul seringkali hanya terkait kehidupan dalam perang Jawa. Serangakain dengan itulah, pembacaan tentang sosok pahlawan nasional ini perlu diketengahkan sebagai sajian berharga bagi masyarakat.

Setelah pameran Babad Diponegoro yang pertama pada 2019 lalu, Jogja Gallery dan Patrapadi bersama Departemen Sejarah UGM dan Jurusan Tata Kelola Seni ISI Yogyakarta mengadakan pameran yang kedua. Pameran Sastra Rupa #2 Babad Diponegoro ini mengambil inspirasi dari salah satu naskah penting dari Kraton Yogyakarta berjudul: Babad Ngayogyakarta HB IV dumugi HB V. Kitab yang bernilai sejarah tinggi ini ditulis oleh seorang pujangga atas perintah dari Sultan Hamengku Buwono VI, kemudian disalin kembali pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VII. 

Sekalipun naskah ini diberi judul Babad Ngayogyakarta HB IV dan V, namun sebagian besar dari pupuh pupuhnya menggambarkan tentang Perang Jawa dan kisah perjuangan Pangeran Diponegoro yang dijuluki sebagai “Satrio Pinandhito". Julukan ini menjukkan bahwa historiografi Kraton tentang Diponegoro tidak menempatkan tokoh ini sebagai sosok antagonis vis a vis dengan Kraton, sebaliknya tindakan dan budi-pekertinya menjadi model dan panutan. 

Nukilan dari pupuh-pupuh yang menggambarkan tentang Pangeran Diponegoro ini kami pecah ke dalam 39 narasi yang diberikan kepada setiap pelukis untuk divisualisasikan sesuai interpretasi dan gaya pelukis-pelukisnya. Hasilnya, Anda dapat melihat lukisan-lukisan yang disajikan bukanlah sepenuhnya “dokumentasi” atau ilustrasi peristiwa atau lukisan sejarah an sich. 

Lukisan-lukisan para pelukis ini berfungsi ganda, yakni sebagai bentuk ekspresi simbolik individual, sekaligus memiliki dimensi atau ilustrasi realitas sejarah. Lukisan-lukisan ini berfungsi sebagai “medium antara” yang tidak dibatasi oleh kepentingan bidang studi sejarah, tetapi juga kepentingan seni itu sendiri. 

Pameran ini rencananya akan dibuka dan dihadiri oleh Bapak Hashim Djojohadikusumo dan Sri Sultan Hamengkubuwono X. Berbagai agenda pendukung seperti diskusi dan lainnya akan diadakan selama pameran berlangsung antara 15 Oktober - 3 November 2024. Karena bertema perjuangan Pangeran Diponegoro, pameran yang diperuntukkan segala usia ini jelas sangat berguna bagi pelajar, mahasuswa hingga para kolektor lukisan. Sebab, pameran ini diikuti oleh 39 perupa ternama Indoneaia yang telah malang melintang di berbagai pameran nasional dan internasional.

Pameran yang didasari dari dunia literasi ini menuju satu tujuan, yakni mengupayakan nilai-nilai sejarah dan kearifan Diponegoro agar terus tertanam dan semakin banyak yang memahami perannya. Setidaknya pameran ini memberi ruang temu dan telaah lebih lanjut terkait masyarakat masa lalu yang dihidupkan oleh masyarakat hari ini.(rl/bd/inilampung)

LIPSUS