Cari Berita

Breaking News

Manajemen dan SPPN VII Komitmen Pencapaian Kinerja Terbaik 2024

Dibaca : 0
 
Jumat, 04 Oktober 2024

Manajemen dan Serikat Pekerja Regional 7 (PTPN I dan PTPN IV) sepakat berkomitmen pencapain kinerja perusahaan terbaik tahun 2024. Foto. Ist.

INILAMPUNG, Bandarlampung -- SPPN VII bersama manajemen PTPN I Regional 7 dan PTPN IV Regional 7 melakukan penguatan kinerja 2024 melalui penandatanganan komitmen bersama, di Bandarlampung, Jumat 4 Oktober 2024. 


Pada acara yang juga diisi dengan sosialisasi Perjanjian Kerja Bersama tahun 2024—2025 itu, Region Head PTPN I Regional 7 Tuhu Bangun menegaskan bahwa komitmen bukan yang ditanda tangani lalu dilupakan, tetapi harus dikerjakan sesuai kesepakatan.


“Komitmen itu kata kerja, bukan kata sifat. Jadi, setelah penanda tanganan ini kita harus kerja keras untuk mewujudkan yang sudah kita sepakati. Apakah Bapak—Ibu semua komitmen?” tanya Tuhu Bangun dihadapan seratusan peserta yang mengikuti secara langsung maupun daring.


Pertanyaan tentang komitmen ini diulang sampai tiga kali sehingga suara peserta yang menjawab juga semakin gempita. Selain Tuhu Bangun, hadir pada agenda dengan tema “Sinergi Manajemen dan Pekerja untuk Keberlanjutan Eksistensi Perusahaan Menghadapi Transformasi” itu, para SEVP. Antara lain SEVP Business Support PTPN IV Regional 7 Bambang Eko Prasetyo bersama SEVP Operation Oshutri Anwar dan para Kepala Bagian. Dari PTPN I Regional 7 hadir SEVP Operation Wiyoso, para Kebag, dan para Manajer Kebun. Sementara, Ketua Umum SPPN VII Sasmika DS dan seluruh pengurus Pusat dan Cabang dari tiga provinsi hadir.


Dalam pengantarnya, Sasmika Dwi Suryanto menyampaikan beberapa isu terkini terkait organisasi maupun kaitannya dengan dinamika manajemen. Sas mengatakan, seiring program transformasi bisnis yang sedang dijalankan PTPN Holding dengan restrukturisasi organisasi, SPPN VII masih menggunakan landasan hukum dan mekanisme sebagai organisasi serikat pekerja lama, yakni PTPN VII.


“Ada banyak sekali tatanan dan regulasi yang berbeda antar regional di Supoorting Co maupun Palm Co yang harus disinkronkan dulu. Oleh karena itu, kami SPPN VII masih mengacu kepada enitas lama. Semua legalitas, terutama PKB masih berlaku dan telah disahkan oleh Dinas Tenaga Kerja masing-masing provinsi,” kata Ketum yang juga Manajer Kebun Way Lima ini.


Region Head Tuhu Bangun yang juga aktivis Serikat Pekerja Perkebunan (SP-BUN) Nasional itu secara lugas mengakui dirinya berada pada posisi di tengah-tengah, antara Manajemen dan Serikat Pekerja. Sebagai Manajemen, dia menyatakan kewajibannya untuk menggerakkan seluruh potensi yang ada di Regional 7 supaya kinerja maksimal dan menghasilkan keuntungan terbaik. Sedangkan sebagai elemen Serikat Pekerja, dia punya tanggung jawab moral untuk memberikan hak-hak normatif, terutama kesejahteraan yang secara otomatis melekat pada setiap pekerja.


“Kalau dilihat secara utuh, maka diri saya ini fifty-fifty, 50—50. Pada posisi ini saya harus bijak dan tepat. Saya harus berupaya keras untuk menjadikan perusahaan ini sustain, dan dari sisi Serikat saya harus memastikan pekerja mendapat hak-haknya. Saya harus pastikan tagline “Perusahaan Sehat Karyawan Sejahtera” itu tidak pakai koma, apalagi titik. Begitu perusahaan sehat secara otomatis karyawan harus sejahtera,” kata dia.


Ada banyak pesan teknis dan motivasi moral yang disampaikan Tuhu Bangun kepada seluruh karyawan Regional 7, baik PTPN I maupun PTPN IV KSO. Tuhu Bangun juga menggunakan kata ganti “Kawan Juang” untuk para pengurus dan anggota SPPN VII. Ia juga mengajak seluruh pekerja untuk menunjukkan sumbangsih terbaik untuk perusahaan agar kemanfaatan diri dan ilmunya dirasakan lebih luas.


Namun demikian, secara sistematik Tuhu Bangun memberi empat panduan perilaku kepada setiap insan PTPN maupun secara tim. Yakni, sikap responsibility (responsif, peduli), sense of belonging (rasa memiliki), innovation and creativity, dan fokus kepada sasaran.


Dari empat poin itu, Tuhu Bangun membumikan kepada beberapa kasus yang mencerminkan sikap. Untuk responsibility, Tuhu memberi contoh kepada beberapa Unit Kerja atau Kebun yang selama ini kesulitan mencapai target. Padahal, secara potensi di kebun ada dan tersedia.


“Ketika kita mendapati sesuatu yang kurang maksimal, maka harus responsif dan peduli. Losses karet, misalnya, itu beda antara losses dicuri orang dengan losses oportunity. Kita harus kejar lossesnya dimana. Apakah dicuri atau potensi yang tidak tergali. Jangan-jangan produk kita banyak tetapi tidak tergarap. SPPN juga harus ikut peduli. Kalau perlu, ikut kawal operasional membantu manajemen,” kata dia.


Soal rasa memiliki, Tuhu Bangun juga menyindir masih banyak karyawan pimpinan yang kurang maksimal menyumbangkan ilmunya, keahliannya, dan potensi dirinya kepada perusahaan. Salah satu sikap yang kurang terpuji, kata dia, adalah merasa dan menempatkan diri pada posisi aman dan nyaman, meskipun kinerja perusahaan tidak baik-baik saja.


“Sense of belonging itu harus keluar darihati, bukan cuma formalitas menjalankan kewajiban. Infakkan ilmu kita, kompetensi kita, jabatan kita, dan seluruh potensi yang ada untuk kebangkitan perusahaan. Jangan memelihara sikap dan memilih posisi comfort zone sehingga tidak peduli,” tambah dia.


Dari sisi kreativitas dan inovasi, Tuhu Bangun meminta semua elemen untuk terus mengisi pikiran dengan setiap tantangan tugas dalam rangka menemukan formula terbaik dan paling menguntungkan. Dengan selalu memikirkan setiap masalah dan kendala yang ada, terlebih ketika diketahui masih ada ruang perbaikan, maka seharusnya seorang pemimpin menggalang pemikiran untuk mengatasi.


“Dengan inovasi dan kreativitas kita akan menemukan room improvement, ruang potensi memperbaiki keadaan. Tuhan akan selalu memberikan jalan kepada orang-orang yanag terus mencari solusi. Itu janji Tuhan yang harus kita pegang teguh.”


Sedangkan soal fokus, Tuhu Bangun menyebut masih banyak pemimpin yang mudah menyerah dan meninggalkan gelanggang tanpa hasil. Hal itu karena pikiran tidak fokus kepada sasaran yang akan dituju.


“Saya sudah pesan kepada lima Kebun Karet di Lampung, Way Lima, Way Berulu, Tulung Buyut, Bergen, dan Kedaton agar fokus kepada areal yang menghasilkan. Kawal dan pantau secara ketat supaya produksi maksimal. Jangan terlena ke areal yang minim karena akan memecah fokus. Dan hasilnya bagus. Di Wali (Way Lima), ada yang dapat 35 kg/HK (hari kerja),” kata dia.


Secara umum, Tuhu Bangun juga berpesan kepada seluruh pekerja yang nota bene adalah anggota SPPN VII untuk solid di serikat pekerja dan solid di organisasi manajemen. Untuk membangun soliditas, dia menganjurkan untuk memberlakukan sistem reward and funishment dengan bijak dan fair. Selain itu, evaluasi secara terus dan berkelanjutan akan mementuk sikap produktif mewujudkan komitmen mencapai Kinerja Perusahaan terbaik tahun 2024. (mfn/rls)

LIPSUS