Cari Berita

Breaking News

Kopi Ini Pahit, Kawan !

Dibaca : 0
 
INILAMPUNG
Kamis, 29 Agustus 2024

Oleh, Endri Kalianda
Jurnalis, Pegiat Diskusi KGM

SEMUA bakal calon sudah mendaftar. Hanya ada dua calon gubernur. Mirza dan Arinal, hanya nama dua tokoh ini yang siap bersaing dan resmi mendaftar. Yang bisa kita pilih sebagai calon gubernur Lampung lima tahun mendatang. 

Terlihat, gegap gempita sekaligus lucu. 

Calon yang satu begitu ramai dan padat pendukung. Calon satunya, lenggang kangkung. Padahal ini incumbent. Ketua parpol besar. Partai Golkar. Bayangkan, Ketua DPD 1 Golkar Lampung, gubernur yang berhasil mengalahkan incumbent pada Pilgub 2019 lalu. Tak diusung partainya, sepi pengiring, sekaligus empat kader beringin pengantarnya terkesan takut-takut disorot media. Kepala daerah yang notabene disebut raja kecil, jabatan politik yang butuh banyak pendukung, banyak pemilih, begitu kesepian. Bisa disimpulkan dua hal, pertama karena strategi. 

Kedua, sebagai pembuktian, tak punya pendukung. 

Pada pilkada, tak punya pendukung itu hanya karena dua sebab. Yakni, akibat pelit atau karena banyak dibenci. 

Kita tahu, demokrasi dalam politik kita belum sepenuhnya sehat. Bersama rombongan Arinal-Sutono itu, ada Ketua LKKS Provinsi yang beberapa waktu lalu dielu-elu dan disambut meriah ketika keliling bagi sembako (ketika masih berstatus Ketua TP-PKK). Padahal, jika mau disiapkan ribuan sembako pasti ribuan orang juga bakal jadi pengantar calon gubernur itu. Ini politik paling ironi. Atau paradoks. Atawa strategi paling ciamik. Meski kita lihat secara kasatmata, semacam hukuman sebelum tanggal pencoblosan. 

Untunglah, pemilih kita banyak. Tercatat setidaknya ada 6juta lebih DPT. Dan PDIP, punya suara yang signifikan. Hampir setiap dapil pada Pemilu 2024 lalu, PDIP dapat kursi legislatif. Meski capaian suara Pilgub belum tentu mampu menkonversi suara Pileg, tapi kontestasi politik yang kemenangannya ditentukan suara terbanyak, membangun citra banyak pendukung saja tidak mampu atawa tidak mau, bagaimana rasionalitasnya bakal dipilih banyak orang? 

Sedikit melibatkan orang apakah mampu menjadi pendulum dan determinan agar dipilih banyak orang? 

Narasi hasil pemilihan belum ada yang tahu dan siapa pilihan rakyat belum bisa diketahui, meski benar secara konseptual tapi kita juga tahu ada bahasa politik rakyat yang menyatakan, pasang baner saja tak mampu, minta dipilih?! Buat tim pemenangan saja takut keluar beaya, bagaimana pemilih yakin jika terpilih bakal mengurus rakyat? Selama lima tahun jadi gubernur kemarin, kemana orang yang memuji-muji dan jadi pembelanya? 

Kita ingat bagaimana peristiwa Presiden RI yang disambut Perdana Menteri negara barat sendirian tanpa pengawal dan sopir itu, membuat Presiden RI berkelakar, jika pejabat di Indonesia seperti PM itu, bakal banyak pengangguran. Mungkin Arinal penganut meritokrasi. Semua bisa dilakukan sendiri. Dengan kata lain, yang dekat dengan dia, harus berbeaya sendiri. Istilahnya, minum kopi tanpa gula itu, rasanya pahit, Kawan. Pait. 

Semoga sahabat saya Ginda yang setia mengawal Arinal senantiasa bahagia dan selalu tersenyum manis. Layaknya gula. 

Percayalah, hanya Arinal dan Mirza yang salah satunya bisa jadi gubernur Lampung lima tahun mendatang. Itu aksiomanya. Sedemen dan gandrung kita pada Herman HN, ternyata beliau tak bisa jadi gubernur Lampung lima tahun mendatang. Ingat itu. Pilihannya hanya ada pada Mirza atau Arinal, Arinal atau Mirza, Sutono atau Jihan, Jihan atau Sutono. 

Kalau ditanya, saya mau pilih siapa? Jelas, saya akan pilih Arinal. Alasannya, semua yang saya pilih pasti kalah dalam setiap kontestasi politik.(*)

LIPSUS