Cari Berita

Breaking News

Pameran Puisi Bahasa Lampung, Sumbangsih Pengajaran Sastra di SekolahP

Dibaca : 0
 
Senin, 22 Juli 2024

Isbedy Stiawan ZS, Jimmy Maruli Alfian, Iswadi Pratama

INILAMPUNG.COM, Bandar Lampung – Rumah Kebudayaan KOBER menghelat Pameran Puisi serangkaian Menatap Tubuh Festival Seni Bahasa Lampung, 22-28 Juli 2024 di Ruang Pameran Taman Budaya Lampung.


Acara yang dibuka Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan diwakili Kabid Kebudayaan Henni ini diisi dengan pembacaan puisi para penyair dan pemerhati seni di daerah setempat.


Pameran puisi berbahasa Lampung tersebut menghimpun 60 puisi karya penyair Indonesia, yakni Afrizal Malna, Sapardi Djoko Damono, Sitor Situmorang, WS Rendra, Abdul Hadi WM, Joko Pinurbo, Goenawan Mohamad, Acep Zamzam Noor, Sitok Srengenge.


Kemudian Chairil Anwar, Ari Pahala Hutabarat, Subagio Sastrowardoyo, Ahmad Yulden Erwin, Isbedy Stiawan ZS, Inggit Putria Marga, Iswadi Pratama, dan Jimmy Marulia Alfian.


Puisi-puisi dialihbahasakan ke bahasa Lampung (Pesisir, Pepadun, dan Lampung Kotabumi) oleh Djuhardi Basri, Fitri Yani, Neri Juliawan, Rahmad Saleh Ranau, Edythia Rio W., Ridho Pratama, dan Robby Aslam Amrouzi.

Isbedy Stiawan ZS dan Ari Pahala Hutabarat di depan pameran puisi "Aku Tandai" karya Isbedy Stiawan ZS

Sumbangsih Pengajaran Sastra


Pengantar kuratorial oleh Ari Pahala Hutabarat dibacakan Alexander Gebe memberi ruang puisi yang penting dalam peradaban manusia. 


“Pada puisi bahasa tak hanya berfungsi sebagai media, namun juga menjadi tujuan. Pada puisi bahasa tak sekadar menjadi “alat” untuk berkomunikasi, namun ia menjadi “tujuan” penciptaan/dayaguna bahasa itu sendiri,” kata Ari Pahala.


Ari menambahkan, pameran puisi karya penyair Indonesia ini dapat menjadi pemicu kesadaran bahwa puisi penting dalam kehidupan sosial, berhangsa, maupun bernegara.


“Semoga hasil eksperimen yang dipamerkan ini dapat menjadi alat 

baca awal bagi kita untuk melakukan refleksi mengenai bahasa Lampung 

dan terus mencari usaha terbaik untuk membuat bahasa Lampung kembali bergelora daya hidupnya,” harap pimpinan Rumah Kebudayaan KOBER ini.


Senada disampaikan Budayawan Lampung Iswadi Pratama, saat memberi sambutan bergaya puisi. Iswadi mengamsalkan “nasib” puisi di tengah kekuasaan dan sosial.


Iswadi “menghidupkan” sebagai “manusia” yang ditemukan dalam keadaan nelangsa. Ingin beraudiensi dengan Gubernur Lampung, namun sang penguasa sedang rapat soal kebudayaan.


Artinya, puisi tak begitu penting dari persoalan politik, rapat ke rapat, dan sejenisnya.


Ketika Buku Sastra Masuk Kurikulum yang direkomendasikan Kemendikbud RI dianggap bermasalah oleh sastrawan Indonesia, rasanya himpunan 60 puisi berbahasa Lampung dapat menjadi “obat” kekecewan sejumlah sastrawan.


Dasarnya, para penyair Indonesia dalam buku Menatap Tubuh: Puisi Berbahasa Lampung (Juli 2024) bisa dijadikan rekomendasi puisi masuk kurikulum sekolah, khususnya SMA/SMK di Provinsi Lampung.


Bahkan bisa dimanfaatkan untuk program pendidikan: Bahasa dan sastra Indonesia, serta muatan lokal berbahasa Lampung. 


Bagaimana Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung, masukan ini perlu segera ditangkap. Seperti diharapkan para sastrawan Lampung. 


Program Rumah Kebudayaan KOBER yang didukung Indonesiana dan LPDP ini, terunik sepanjang masa. “Pameran Puisi Berbahasa Lampung ini adalah yang pertama di dunia!” kata Alexander Gebe.(bd/inilampung)

 

LIPSUS