Oleh Denny JA
“Jika datang duka dan bencana padamu, sambutlah ia sebagai tamu yang agung. Sangat mungkin duka dan bencana itu membawa pesan Tuhan untuk pertumbuhanmu.”
Kutipan dari Jalaluddin Rumi ini bukan saja mendalam pesannya, untuk mencari hikmah dan makna di balik derita. Tapi ia juga disampaikan dalam bahasa yang puitis dan penuh renungan.
Sayapun teringat Andrew Harvey. Ia seorang sarjana sekaligus mistikus yang banyak mendalami Jalaluddin Rumi.
Menurut Harvey, Rumi menggabungkan tiga atribut secara simultan. Rumi memiliki visi spiritual batin setara dengan Buddha dan Yesus.
Rumi juga menunjukkan introspeksi intelektual yang luas dan mendalam seperti Plato.
Juga Rumi berbakat dalam mengekspresikan ide-idenya dengan ungkapan kreatif dan indah seperti Shakespeare.
Kombinasi Budha, Plato dan Shakespeare membuat Rumi tidak hanya relevan untuk dunia modern. Kedalaman visi spiritualnya, intelek yang luas, dan keindahan puisinya tetap sulit dilampaui oleh penyair modern manapun.
Tidaklah heran. Di tahun 2014, BBC melaporkan karya Jalaluddin Rumi, yang sudah wafat 800 tahun lalu, paling laris di Amerika Serikat melampaui penyair barat terkenal sekalipun seperti Walt Whitman, Emily Dickinson, TS Eliot dan Allen Ginsberg.
-000-
Satu malam di bulan Mei 2024, pukul tiga dini hari. Saya duduk sendiri dalam hening, menatap 71 lukisan di iPad. Satu per satu saya dalami lagi lukisan itu. Saya nikmati. Saya perbaiki terakhir kali.
Itu lukisan yang saya buat untuk mengekspresikan renungan dan filosofi Jalaluddin Rumi.
Saya terpesona oleh militansi dan ketahanan diri saya sendiri. Selama seminggu, saya begitu intens. Kadang dari pagi hingga pagi lagi, saya fokus.
Di era itu, saya tidur acapkali di pukul tiga atau empat subuh. Artificial Intelligence sangat membantu saya sebagai asisten membuat 71 lukisan itu.
Energi apakah yang membuat saya tahan, kuat, dan intens berhari-hari? Saya nomor duakan hal lain agar selesai mengekspresikan pandangan-pandangan Rumi dalam lukisan?
Ini ekspresi rasa terima kasih yang mendalam. Kutipan-kutipan Rumi, renungannya, dan pikirannya telah banyak mewarnai hidup saya, menjadi panduan dalam melihat dunia dan mengikhlaskan banyak hal dalam hidup.
Di samping itu, terasa pula keinginan saya mengajak dunia luar merasakan pengalaman batin yang sama.
Tapi, saya tidak ingin hanya menulis ulang kutipan Rumi. Ini sudah banyak dilakukan oleh pihak lain.
Saya ingin menerjemahkan renungan Rumi dalam bentuk lukisan. Maka Simsalabim, Abrakadabra. Jadilah 71 lukisan renungan Jalaluddin Rumi.
-000-
Saya mengenal pertama kali Jalaluddin Rumi di era mahasiswa di tahun 80-an. Itu era ketika saya berada dalam kegelisahan pencarian jati diri.
Saya sering merenung di era itu: apa yang sebenarnya ingin saya capai dalam hidup? Ke mana semua energi harus saya arahkan?
Ini mirip lagu "Song of Mahogany" dari Diana Ross: “Do you know where you’re going to? Do you like the things that life is showing you? Where are you going to? Do you know?”
Ingin sekali saya intens dan teguh di satu jalan. Yaitu spirit yang saya anggap sebagai jalan sejati atau panggilan hidup. Tapi itu jalan yang mana? Mengapa tak ada gambaran jelas soal jalan itu?
Kala itu saya banyak membaca Krishnamurti, satu tokoh India yang menolak dijadikan Nabi oleh pengikutnya.
Saya juga datang ke Subud, sebuah organisasi olah batin di Indonesia, dengan banyak peserta dari luar negeri.
Saya juga kunjungi Brahma Kumaris dan mencoba melakukan renungan terapi meditasi. Pertanyaan mendalam tentang:
“Siapakah saya? Emosi ini bukan saya. Ini hanya kelengkapan saya. Tubuh ini bukan saya, tapi hanya kendaraan saya. Siapakah saya?”
Saya juga mendalami pandangan berbagai guru Hindu seperti Swami Vivekananda, Dada J. Vaswani, dan Osho.
Saya juga menjelajahi Anthony d Melo dari Katolik. Ia seorang guru yang membuat buku berjudul "Burung Berkicau."
Buku itu saya baca berkali-kali. Saya banyak sekali mendapatkan inspirasi dari kisah-kisah renungan hidup yang diceritakan dalam bentuk fragmen-fragmen singkat.
Saya juga mendalami filsafat Jawa yang diwakili oleh Ki Ageng Surya Mataram. Menurut Ki Ageng, keinginan kita itu mulur mungkret.
Apa pun yang kita terima, kita ingin lebih banyak lagi. Dan apa pun yang kita hilang, kita akan tahan melalui waktu. Hukum rutinitas akan membuat segala hal menjadi normal kembali.
Di era itulah saya mengenal Jalaluddin Rumi.
-000-
Beberapa kutipan Jalaluddin Rumi memang sangat menyentuh. Misalnya, kutipan:
**"Agamaku adalah cinta, dan rumah ibadaku di setiap hati manusia."**
Ini renungan sangat dalam. Ia sesuai dengan suasana batin saya saat itu, yang menyelami banyak tradisi spiritual dan agama. Saya pun sampai pada konsep "Transcendental Unity of Religions.”
Walaupun agama-agama ini berbeda, tetap terasa adanya satu kesatuan spiritual. Itu seperti jeruji pada ban sepeda.
Semakin kita telusuri sisi luar dari agama, jerujinya semakin berbeda. Namun, semakin kita masuk ke pusat agama, semua jeruji ban sepeda itu menuju satu lingkaran dalam yang sama.
Lingkaran dalam itu adalah cinta, compassion, virtue, kebajikan, dan keadilan. Ini adalah inti dari semua agama yang mengajak kita untuk penuh cinta dan kebajikan.
Kutipan lain dari Rumi yang menyentuh:
“Kucari Tuhan di mesjid, Gereja dan Kuil. Tapi kutemukan Tuhan di hatiku.”
Ini renungan yang dalam, mengajak kita masuk ke esensi pencarian spiritual. Bahwa yang dicari itu bukan terletak di luar, tapi berada di dalam hati sendiri.
Kini, saya sedang giat membuat lukisan dengan bantuan Artificial Intelligence. Saya telah melukis lebih dari 300 lukisan dengan bantuan Artificial Intelligence. Itu sudah didokumenkan dalam enam buku lukisan.
Saya juga telah membuka sebuah galeri di sebuah hotel enam lantai di Jalan Mahakam, Kebayoran, Jakarta. Galeri ini sudah terpublikasi dan banyak pengunjung yang datang.
Di sana, saya tampilkan berbagai tema lukisan, mulai dari spiritualitas hingga peristiwa besar seperti bencana COVID-19, pemilu presiden, dan penderitaan anak-anak di Gaza.
Ada juga lukisan yang menggambarkan imajinasi anak-anak, seperti membayangkan naik sepeda di luar angkasa. Atau anak-anak bermain ayunan di bulan.
Namun, saya selalu ingin membuat lukisan khusus dan banyak tentang Rumi. Inilah buku lukisan yang keenam.
Ada sekitar 16 kutipan di dalamnya, dan setiap kutipan saya terjemahkan dalam empat hingga tujuh lukisan.
Karya ini tidak hanya menjadi bentuk ekspresi seni tetapi juga sumber inspirasi dari puisi dan filosofi Rumi.
-000-
Judul buku kumpulan lukisan ini mengambil satu kutipan Rumi:
**“Mulailah perjalanan masuk ke dalam diri.”**
Kutipan Rumi ini mengandung makna mendalam yang relevan dengan berbagai aspek kehidupan manusia. Mengapa memulai perjalanan ke dalam diri sangat penting?
#### 1. Pengenalan Diri
Pentingnya pengenalan diri untuk mencapai individuasi. Ini proses menjadi diri sendiri yang utuh dan autentik. (1)
Melalui eksplorasi diri, seseorang dapat memahami bagian terdalam dari dirinya. Itu termasuk aspek-aspek yang tersembunyi di alam bawah sadar.
Penelitian dari University of Cambridge menunjukkan individu yang memiliki kesadaran diri yang tinggi cenderung lebih puas dengan hidup mereka. Juga mereka memiliki hubungan interpersonal yang lebih baik.
Pengenalan diri memungkinkan seseorang untuk memahami kekuatan dan kelemahannya, serta mengidentifikasi tujuan hidup yang sejati.
#### 2. Kesehatan Mental
Banyak penelitian dalam bidang psikologi klinis menunjukkan introspeksi dan refleksi diri dapat meningkatkan kesehatan mental.
Misalnya, terapi kognitif berbasis kesadaran (mindfulness-based cognitive therapy). Ia mendorong individu untuk merenungkan pikiran dan perasaan mereka tanpa menghakimi, yang terbukti efektif dalam mengurangi gejala depresi dan kecemasan.
Sebuah studi dari Harvard Medical School menemukan meditasi, yang sering kali merupakan bagian dari perjalanan ke dalam diri, dapat mengurangi stres, meningkatkan suasana hati, dan meningkatkan fungsi kognitif.
Sebanyak 60% dari peserta studi melaporkan penurunan yang signifikan dalam gejala kecemasan setelah delapan minggu program meditasi reguler.
#### 3. Pertumbuhan Spiritual
Pertumbuhan spiritual sering kali melibatkan pencarian makna dan tujuan hidup yang lebih besar. Dalam hierarki kebutuhan, pencapaian aktualisasi diri, yang berada di puncak piramida kebutuhan, sering kali melibatkan aspek spiritual dan refleksi mendalam.
Penelitian dari Pew Research Center menunjukkan bahwa orang yang terlibat dalam praktik spiritual atau religius cenderung memiliki tingkat kebahagiaan dan kepuasan hidup yang lebih tinggi.
Mereka juga menunjukkan tingkat kemurahan hati dan kepedulian sosial yang lebih besar.
Perjalanan ke dalam diri bukan hanya tentang memahami diri sendiri secara psikologis. Ia juga tentang mencari hubungan yang lebih dalam dengan sesuatu yang lebih besar dibandingkan diri kita sendiri.
Ini bisa berupa hubungan dengan Tuhan, alam semesta, atau tujuan hidup yang lebih mulia.
-000-
Maka terhidanglah 16 kutipan Rumi dalam 71 lukisan, dengan asisten Artificial Intelligence.
Lukisan Rumi ini, bersama lukisan spiritual lain, akan dipamerkan. Hotel lainnya di daerah Setiabudi, Jakarta.
Ini cara pameran yang unik juga: memanfaatkan dinding kosong sebuah properti, menyulapnya menjadi galeri jangka panjang.***
Jakarta, 27 Juli 2024
CATATAN
(1) Pentingnya “Knowing Your Self”
6 Psychology Books to Understand Yourself (and Others) Better