INILAMPUNG.COM, Bandar Lampung - Keberanian meneguhkan diri sebagai desa digital, transformasi sekaligus ejawantah dari Program Desa Cerdas (Smart Village) yang sudah dicanangkan Kemendes PDTT, meski masih menyisakan banyak tantangan, secara ajeg dan pasti, langkah menuju budaya digital di lingkup masyarakat perdesaan, kian familiar. Menjadi pendulum, tabiat baru perilaku warga desa. Di Provinsi Lampung, Program Smart Villagedisebut sudah mampu mengubah wajah perdesaan menjadi lebih modern, mendorong transparansi, dan menggerakkan perekonomian desa. (Kompas, 17 Maret 2023).
Sayangnya, tidak semua manfaat peralatan digital dan kemampuan mendayagunakan teknologi informasi berimplikasi positif bagi warga, yaitu meningkatnya kesejahteraan. Yang terjadi justru terbanyak adalah warga yang belanja kuota internet untuk aneka hiburan dan berselancar di media sosial. Semacam keranjingan. Adiktif!
Alih-alih memanfaatkan kemajuan digital untuk pendapatan tambahan keluarga, warga banyak terjebak pada pengeluaran berlebih. Kondisi ini ditambah lagi dengan maraknya fenomena perjudian maupun pinjaman online yang mudah diakses melalui ponsel.
Rendahnya literasi digital merupakan tantangan tersendiri. Bahwa secara teori, Desa Cerdas yang secara praksis merupakan duplikasi dari penerapan Desa Digital, sudah dibuktikan dalam ragam kajian akademik, sebut saja Gao Wang, Vizvizi, dan Chaozhu. Termasuk suksesnya penyusunan dokumen “Strategi Pembangunan Desa Digital” dan “Rencana Aksi Pembangunan Desa Digital (2022–2025)” di China sudah terbukti, mampu menelurkan Desa Digital sebagai penopang utama ecommerce yang secara siginifikan meningkatkan pendapatan warga dan menumbuhkan perekonomian daerah. Di perdesaan Lampung, penanda itu mulai tampak. Yakni, maraknya ATM Mini atau warung-warung penukaran uang digital yang bentuknya nyaris seperti transformasi dari (warung telekomunikasi) wartel, warung internet (warnet), dan konter HP, yang sekarang jadi warung jasa top up model BRI-Link itu.
Beberapa tulisan dalam buku ini hanya berusaha memahami kehidupan warga desa, dan sejumlah tantangan atas fenomena warga yang memanfaatkan digitalisasi di semua lini kehidupan.
Buku yang ditulis oleh Endri Kalianda ini merupakan bagian dari esai-esai yang dari kata pengantarnya, disebut sebagai “catatan pengungkap” selama bertugas jadi Duta Digital, pendamping program desa cerdas Pusdaing, KemendesPDTT di Lampung 2022-2024.
Prolog buku ini ditulis oleh Isbedy Stiawan ZS dan epilognya, ditulis oleh Udo Z Karzi.(rls/inilampung)