INILAMPUNG, Lampung Tengah -- Industri ramah lingkungan dan berkelanjutan yang menjadi tuntutan dunia terus dijaga oleh PTPN Group. Salah satu upaya sistematisnya adalah dengan menggandeng lembaga sertifikasi untuk memastikan seluruh proses bisnis dilakukan memenuhi standar prosedur yang disepakati masyarakat internasional.
Pernyataan itu disampaikan Region Head PTPN I Regional 7 Denny Ramadhan saat membuka Audit Surveillance Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) Kebun Bekri, Senin (29/1/24). Denny mengatakan, seluruh produk yang dihasilkan dari Regional 7, terutama kelapa sawit, adalah komoditas global yang harus memenuhi semua kriteria mutu dan kelayakan dunia.
“Mau tidak mau, industri kita sudah berada pada orbit global yang mengharuskan semua aspek, dari hulu hingga hilir memenuhi standar internasional. Audit dan sertifikat RSPO ini sesungguhnya merupakan kebutuhan kita untuk menghalau semua hambatan proses dari awal budidaya sampai produk kita ke tangan konsumen. Artinya, lembaga sertifikasi yang kita undang ini harus kita ikuti semua rekomendasinya,” kata dia.
Audit Surveillance RSPO yang dipercayakan kepada Lembaga Sertifikasi TUV Rheinland Indonesia dan dipusatkan di Kebun Bekri ini akan memeriksa tiga kebun. Yakni Kebun Bekri yang memiliki kebun kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit; Kebun Padangratu (kebun kelapa sawit); dan Kebun Rejosari-Pematang (kebun kelapa sawit). Sesuai jadwal, selama empat hari Tim dari Lembaga Sertifikasi yang berpusat di Jerman ini akan menelisik dokumen, data, kondisi lapangan sebagai konfirmasi dari data, respons karyawan, hingga meminta pandangan kepada berbagai stakeholder.
Region Head Denny Ramadhan hadir didampingi Pj. Kabag SDM dan Sistem Manajemen Ronald Sudrajat dan beberapa pejabat utama. Tiga Manajer Kebun yang akan diaudit, yakni Agus Faroni (Bekri), Rusman Ali Yusuf (Rejosari-Pematang Kiwah), dan M. Zein Shosan (Padangratu) bersama timnya terlihat siap dengan berbagai dokumen dan instrumen yang dibutuhkan.
Kepada para Manajer, Denny mengingatkan agar seluruh dokumen yang dibutuhkan Tim Auditor untuk disiapkan secara cepat dan akurat. Ia juga meminta Tim selalu siaga jika Tim Auditor merasa perlu mengkonfirmasi data atau dokumen dengan kondisi aktual di lapangan.
“Sekali lagi, audit ini untuk kepentingan kita agar semua berjalan dengan baik dan sesuai standar. Siapkan dokumen, data, dan pendukung lain yang dibutuhkan dengan cepat dan akurat. Kecepatan dan akurasi kita akan menjadi tolok ukur bahwa data dan dokumen kita memang siap sehingga tidak mencurigakan,” kata dia.
Sebelum turun ke lapangan, Tim Audit dari TUV Rheinland Indonesia yang dipimpin Ade Sudiana menjelaskan ruang lingkup dan teknis survei yang akan dilakukan. Secara detail Ade menerangkan berbagai aspek yang akan menjadi objek survei, dari aspek dokumen, data, aspek fisik (on farm dan off farm), opini karyawan, kesan dan pandangan masyarakat, hingga aspek sosial budaya lingkungan.
“Kami yakin tiga unit Kebun ini, Bekri, Padangratu, dan Rejosari-Pematang Kiwah ini sudah siap semua. Sebab, ini Audit RSPO yang kedua di sini. Tahun lalu tiga Kebun ini sudah dapat sertifikat RSPO. Jadi sudah sangat paham. Lebih dari itu, untuk tahun ini kita juga masih menggunakan RSPO P&C Certification System Year 2020. Artinya, masih sama dengan tahun lalu,” kata dia.
Usai pembukaan, Ade mengatakan Sertifikat RSPO adalah instrumen sistem pengendalian operasional suatu proses produksi kelapa sawit yang disepakati secara internasional. Keikutsertaan suatu entitas industri kelapa sawit ke RSPO, kata dia, bersifat sukarela. Namun, dengan Sertifikat RSPO yang dimiliki, suatu entitas industri kelapa sawit akan mendapat citra baik dan kepercayaan dari para pihak dalam kaitan proses bisnis yang dijalankan.
“Tidak ada regulasi keharusan industri kelapa sawit untuk ikut RSPO, tetapi Sertifikat RSPO akan memberi kepercayaan kepada publik dalam berinteraksi bisnis dengan pihak luar. Bukan hanya kaitannya dengan buyer, tetapi juga dengan pemerintah, pasar saham, lembaga terkait seperti LSM lingkungan, organisasi buruh, asosiasi, dan lainnya. Ini salah satu pilar branding bagi perusahaan,” kata dia.
Pada time schedule yang disampaikan, Tim TUV Rheinland Indonesia menerjunkan lima Auditor senior dan akan melakukan pemeriksaan selama empat hari. Tim juga mengagendakan peninjauan dan pencocokan data soal tanaman, struktur tanah, limbah, tenaga kerja, upah, perizinan, keselamatan dan kesehatan kerja hingga hubungan antar karyawan. Mereka juga membuat jadwal untuk bertemu dan mewawancarai stakeholder, seperti kepala desa, tokoh masyarakat, warga yang tinggal di seputar perusahaan, hingga pengelola fasilitas umum.
Sementara itu, Manajer Kebun Bekri Agus Faroni dalam sambutan singkatnya menyatakan terima kasih kepada Tim Auditor dari TUV Rheinland Indonesia dalam agenda audit surveillance ini. Ia melaporkan, secara umum kondisi terkini di Kebun Bekri, Padangratu, dan Rejosari-Pematang Kiwah relatif masih sama dengan audit sebelumnya. Namun, beberapa aspek nonfisik sudah mengalami perubahan yang lebih baik.
“Khusus untuk Kebun Bekri, kami mengelola kebun kelapa sawit secara keseluruhan ada 4.234 hektare dengan dua unit pabrik. Yakni, pabrik CPO dengan kapasitas 40 ton per jam dan pabrik Inti Sawit dengan kapasitas 50 ton per hari. Dengan senang hati kami akan membuka diri dan menerima masukan untuk perbaikan ke depan,” kata dia. (mfn/rls)