Acara ini bertujuan untuk membahas pentingnya literasi digital dalam konteks pemilihan umum yang aman dan berkualitas.
Kegiatan ini oleh perwakilan dari Komisi I DPR RI dan Kominfo, yang menyampaikan pentingnya literasi digital dalam era transformasi digital yang sedang berlangsung di Indonesia.
Mereka menyoroti dampak pandemi COVID-19 yang mempercepat penggunaan teknologi digital, sementara juga menekankan risiko yang terkait dengan konten negatif dan keamanan digital.
Sementata narasumber Semuel Abrijani Pengerepan, Dirjen Aptika Kominfo, dalam videonya berbicara tentang literasi digital dalam konteks percepatan transformasi digital di Indonesia.
Semuel menyampaikan bahwa pandemi COVID-19 telah mempercepat penggunaan teknologi digital, dan jumlah pengguna internet di Indonesia terus meningkat. Namun, ia juga menyadari risiko yang dibawa oleh penggunaan teknologi, termasuk konten negatif.
Semuel menekankan pentingnya literasi digital dalam memanfaatkan teknologi secara produktif.
“Gerakan literasi digital masih perlu ditingkatkan, dan tugas bersama kita adalah membekali masyarakat dengan kemampuan literasi digital agar siap menghadapi transformasi digital nasional,” katanya.
Dirjen Aptika Kominfo juga mengapresiasi kolaborasi yang baik dalam menyelenggarakan program literasi digital, termasuk pelatihan berbasis kecakapan digital, budaya digital, etika digital, dan keamanan digital. Program ini telah berhasil menjangkau lebih dari 12 juta masyarakat di seluruh Indonesia.
Semuel berharap kegiatan ini dapat mendorong terciptanya masyarakat digital baru yang lebih berkualitas dan siap membantu mewujudkan Indonesia digital. Ia mengakhiri sambutannya dengan harapan agar tuhan yang maha esa menyertai kita dalam memajukan Indonesia melalui literasi digital.
Sementara Dr. Almuzzammil Yusuf, anggota Komisi I DPR RI, menekankan bahwa literasi digital bukan hanya mengenai keterampilan teknologi, tetapi juga mengenai pemahaman nilai-nilai dan etika yang terkait.
Dia membahas implementasi literasi digital dalam Pemilu, dengan fokus pada transparansi, keadilan, dan keamanan dalam proses pemilihan.
Pemberdayaan masyarakat, khususnya generasi muda, melalui beasiswa dan pelatihan literasi digital juga menjadi sorotan Almuzzammil Yusuf.
Dia juga memberikan contoh nyata dari daerah yang belum terjangkau oleh infrastruktur internet, seperti Baduy di tengah hutan.
“Meskipun sulit diakses, pemuda di sana telah berhasil memanfaatkan ekonomi digital untuk meningkatkan taraf hidup mereka,” kata politisi PKS ini.
Dalam konteks Pemilu, ia menyoroti pentingnya penggunaan teknologi untuk memastikan keadilan dan keabsahan proses pemilihan. Penggunaan CCTV, rekaman suara, dan partisipasi aktif masyarakat diharapkan dapat mengurangi potensi kecurangan.
Pada kesempatan itu, Dr. Almuzzammil Yusuf memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai urgensi literasi digital dalam konteks pemilihan umum yang aman dan berkualitas.
Zunianto, M. Pd. I., anggota DPRD Provinsi Lampung, mencatat bahwa Pemilu yang aman dan berkualitas sangat penting dalam era digital.
Zunianto juga berbagi pengalaman pascapemilu di Pangandaran, di mana ketegangan dan tekanan dapat memicu peristiwa tragis.
“Ketidakamanan Pemilu dan meragukan kualitas wakil yang terpilih,” ujarnya.
Masih kata Zunianto, perlunya literasi digital dalam menjalankan Pemilu yang berkualitas.
Karena itu, dia mendorong penggunaan teknologi dan media sosial untuk memengaruhi pemilih secara positif.
Menurutnya, digitalisasi dapat menjadi alat yang efektif untuk memobilisasi pemilih dan memastikan terpilihnya pemimpin yang berkualitas.
Zunianto membagikan pengalamannya sebagai ketua DPD PKS Kabupaten Pringsewu. Ia menekankan pentingnya mengajak orang untuk menggunakan hak pilihnya, terutama melalui digitalisasi dan media sosial. Zunianto berpendapat bahwa pemimpin yang dipilih dengan baik dapat memberikan kontribusi positif bagi kesejahteraan masyarakat.
Sementara M. Hadi Pranomo S. Kom., praktisi Teknologi Informasi, menyampaikan urgensi literasi digital dalam konteks pemilu yang aman dan berkualitas.
Pranomo menyoroti beberapa insiden penipuan dan kehilangan aset yang terjadi akibat kurangnya pemahaman tentang keamanan digital.
“Dunia digital memiliki sisi gelapnya sendiri, dengan adanya celah untuk tindakan jahat yang dapat merugikan individu,” jelas dia.
Acara ini diakhiri dengan sesi tanya jawab dari peserta. Kesimpulannya, pentingnya literasi digital dalam mempersiapkan generasi kepemimpinan Indonesia masa depan, serta harapan untuk menciptakan keamanan digital yang lebih baik bagi anak-anak dan keluarga.
Ngobras berhasil menjadi platform diskusi yang informatif dan relevan, memberikan pemahaman yang mendalam tentang urgensi literasi digital dalam konteks pemilihan umum yang aman dan berkualitas.(**)