Oleh Denny JA
Akankah Pilpres 2024 ini berakhir satu putaran saja? Pertanyaan tersebut lahir ketika kita membaca berita di ujung bulan Januari 2024. Judulnya: Presiden Jokowi turun gunung, pilpres satu putaran tak terbendung.
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita mulai dengan data. Ini hasil survei LSI Denny JA, yang baru saja selesai di ujung bulan Januari 2024.
Ingin kita ketahui apakah sentimen publik lebih ingin pilpres selesai satu putaran saja atau lebih ingin pilpres berlangsung dua putaran?
Datanya tak diduga. Ternyata banyak sekali sekitar 84% publik luas lebih memilih Pilpres ini selesai satu putaran saja.
Banyak alasannya yang dinyatakan. Tapi yang paling kuat, sebanyak 63,9% menurut mereka alasannya adalah untuk menghemat anggaran.
Apalagi kita ketahui anggaran untuk penyelenggaraan putaran kedua ini sekitar 17 triliun rupiah. Belum terhitung biaya untuk Banwaslu dan keamanan. Jika memang biaya itu bisa dihemat, mengapa tidak?
Yang menarik, yang inginkan satu putaran ini merata di berbagai segmen pendidikan, dari mereka yang hanya tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, mahasiswa dan lain sebagainya. Mayoritas mereka inginkan persatu putaran saja.
Tapi memang di kalangan terpelajar, di kalangan mahasiswa, S1, S2, S3, yang ingin satu putaran saja mengecil di angka 75,9%. Kalangan dari pendidikan yang lebih rendah, prosentase yang ingin satu putaran saja jauh lebih besar.
Semua pemilih partai, baik yang memilih PDIP, Golkar, Gerindra dan semua partai lainnya, di atas 80% pemilih aneka partai itu ingin pilpres selesai satu putaran saja.
Jauh lebih seksi lagi, di semua pemilih calon presiden dan calon wakil presiden, di atas 80% ingin pemilu selesai satu putaran pula.
Yang memilih Anies dan Muhaimin, di atas 80% ingin satu putaran selesai. Yang memilih Ganjar dan Mahfud, juga yang memilih Prabowo dan Gibran, semuanya di atas 80% sama-sama ingin pilpres ini selesai satu putaran saja.
Memang Pilpres Satu Putaran Saja bukan hal yang mustahil. Di tahun 2009, sama kasusnya, bertarung juga tiga pasang calon presiden. Saat itu memang pilpres beakhir satu putaran saja.
Saya sangat ingat drama pilpres 2009. Jejak digitalnya bisa dilacak. Saat itu saya sendiri di tahun 2009 memimpin gerakan Satu Putaran Saja.
Saya buatkan iklan di TV, di koran, di radio. Saya selenggarakan aneka diskusi yang memancing perhatian publik luas.
Saya katakan, berdasarkan data survei LSI Denny JA, SBY- Boediono akan menang Satu Putaran Saja.
Alhamdulilah saat itu, saya dikecam kanan dan kiri. Saya dihujat dan disikat dari atas dan bawah. Dalam Talk Show televisi bahkan saya disebut pelacur intelektual, yang mengubah dan menyulap angka survei sesukanya sendiri.
Dengan tiga pasang capres- cawapres yang kuat, menurut mereka mustahil bisa terjadi pasangan capres- cawapres bisa menang di atas 50 persen.
Ternyata memang KPU menunjukkan Pilpres 2009 berakhir satu putaran saja. Saya pun mendapatkan penghargaan dari PWI Jaya sebagai The Newsmaker of Election 2009.
Isu Satu Putaran Saja yang saya ciptakan dan dengungkan saat itu imenyedot begitu banyak perhatian. Bahkan juga, isu “Satu Putaran Saja” itu disinggung dalam debat capres dan cawapres. Isu itu menenggelamkan aneka isu besar lainnya.
Bagaimana dengan Pilpres 2024? Jika pilpres 2024 kali ini memang bisa selesai secara legal satu putaran saja, mengapa tidak? Mengapa pula kita perlu berlama-lama dengan dua putaran? *