Cari Berita

Breaking News

Anak Desa yang Keranjingan Judi Online

Dibaca : 0
 
INILAMPUNG
Kamis, 19 Oktober 2023



Endriyono

Esais, Tinggal di Bandarlampung


CERITA dua tulisan saya kemarin, setidaknya merupakan partisipasi. Terinspirasi setelah membaca dua artikel di Kompas, (Minggu, 15 Oktober 2023). Yang mengulas fenomena judi online. Judulnya, “Iming-iming Racunnya Judi” dan “Bang Oma Sudah Ingatkan”. 


Judi online di desa-desa itu, saya lihat sendiri, betapa sangat memprihatinkan. 


Awalnya, saya tidak percaya anak Lek Man dan Pak Jan yang kalah sampai puluhan juta. Sebab, hanya pasang taruhan Rp.200 dan tertinggi hanya seribu. Maka secara sadar, saya ikut bermain. Tepatlah pernyataan Menteri Kominfo itu, pinjol dan judi online itu kakak beradik.


Kita mungkin pernah disuguhi film menarik, kisah Ben Campbell, bersama 6 mahasiswa MIT, yang dipandu profesornya, Micky Rosa mengguncang kasino Las Vegas. Kemampuan memahami matematika dasar dengan cara menghitung kartu, memasang taruhan berdasar urutan yang logis, lalu “menjarah” bandar judi di pusat perjudian dunia. Selalu menang. Dan aktifitas merugikan bandar, selalu berujung pada penganiayaan. Sebab, bandar judi pasti tidak terima jika ada yang menang secara mutlak.


“Slot adalah permainan para pecundang,” ungkap Micky, professor di Harvard yang tahu potensi anak jenius dan mengorganisirnya untuk murni bisnis, demi mengumpulkan uang pensiun.


Pesan yang terus diulang, kalian menghitung kartu, membuat sistem, bukan larut dalam permainan. Iming-iming mendapat uang itu yang akhirnya memerosokkan Ben Campbell menjadi tim penjudi profesional.


Film yang diadopsi dari buku nonfiksi karya Ben Mezrich berjudul “Bringing Down the House; The Inside Story of Six MIT Students Who Takes Vegas for Millions,” (2002) mengisahkan Kevin Lewis, jika di film bernama Ben Campbell.  Bersama pelajar cerdas yang direkrut Prof Micky Rosa, yakni Jill Taylor, Choi, Kianna, Fisher, dan Cole William secara sistematis dengan pembagian tugas dan kemampuan menghitung kartu, berhasil menaikkan kemenangan judi secara signifikan.


Seluruh teman saya yang ikut main judi online wajib nonton ini (Film 21 yang disutradarai oleh Robert Luketic), sebab tergambar pesan moral paling ideal yang “mungkin” bisa diterima nalar para penjudi.


Lazimnya kisah penjudi, pasti larut dengan permainannya. Yang menurut pakar psikologi, memancing hormon yang menggenjot motivasi, melepas dopamin. Sejenis rasa dan kejutan-kejutan bakal meraih kemenangan yang menyenangkan itu, yang rasanya justru tidak ditemukan ketika benar-benar menang. Saya sangat sadar, bahwa rasa deg-deg-ser-nya, melampaui permaianan game online lain yang tidak pakai uang. 


Di judi daring, saya memainkan beberapa permainan popular di beberapa situs, kakek petir, bocah balon, buah-buah, atau nama dewa-dewa itu. Beberapa di antaranya pernah maxwin. Tidak sering, tapi selama rentang permainan, ledakan-ledakan ratusan atau ribuan kali lipat menangnya sudah pernah saya dapat. Slot jelas jauh berbeda dengan jenis domino atau Black Jack yang butuh kecerdasan menghitung, mengingat, dan menguasai rumus matematika dasar. Semuanya hanya berbasis ketukkan, taruhan, memahami pola yang tidak ajeg, sedikit analisa RTP, dan atau mengukur potensi tumpukan buah. Sama sekali tidak seperti gaple, remi, dan apalagi catur. Wajar Micky Rosa, professor jenius yang nakal itu berkomentar, slot itu permainan para pecundang.


Pada permainan kakek petir, misalnya, semua pemain judi online pasti paham ini. Jika mahkota bertumpuk empat membuat pola kubus. Beli spin. Dari total 210 kali saya beli spin seharga 20 ribu dan atau 40 ribu, balik modal 25 kali. Menang tipis 40 kali, kalah 12 kali, dan sisanya menang di atas setengahnya. Ini adalah gambaran utuh, memakai otak dan berusaha menjauhkan emosi, yang coba saya mainkan, tetap larut dan tak bisa mengelak untuk terus memasangnya. Ketika maxwin, istilah dari menang maksimal, beberapa di antaranya saya rekam untuk memahami polanya. Tetap saja, dibanding widraw dengan depositnya, sejak saya niatkan untuk mulai menulis kisah ini, saya masih kalah. 


Saldo di situs judi pernah sampai 4 juta, tak pernah saya ambil. Dan pasang tetap paling tinggi 400. Ketika saya coba mainkan terus tanpa henti, hanya butuh waktu 3,5 jam. Lepas dhuhur sampai pas adzan asar, saldo sudah kosong dan tak bisa dimainkan lagi. 


Artinya, kalah 4 juta secara singkat.


Kalau menyatakan aksioma pilihan rasional terhadap penjudi, awalnya saya tidak percaya anak muda di perdesaan bermain judi online yang sudah dibahas banyak orang tidak mungkin menang. Sampai kalah puluhan juta.


Ternyata, itu adalah fakta dan kalau menurut saya, sudah merenggut jiwa. Saya yang mulai bermain dengan kesadaran penuh saja ikut terseret. Wajarlah, aliran dana judi online dan pinjol itu putarannya sudah ratusan triliun.


Bisa dibayangkan. Di tengah duduk menemani penjaga ATM Mini, beberapa kali saya dapati anak kecil isi uang digital (kebanyakan Dana dan LinkAja) 50 ribu, beberapa di antaranya 100 ribu.


Maka, jika dalil agama, doktrin haram, ancaman neraka, pasti sulit diterima akal penjudi yang otaknya sudah dipengaruhi pencarian daya kejut, diluapkan kegembiraan rasa deg-deg-ser mau menang itu. 


Paling rasional, menurut saya adalah gambaran di film 21. 


Anak muda yang baik, cerdas, jenius, ahli matematika, akhirnya jadi impulsif, memusuhi dan dimusuhi orang di lingkungannya, larut dalam hukum perjudian yang ujung akhirnya tetap, merenggut jiwa, menyiksa tubuh, dan menyengsarakan. Ben yang niat awalnya hanya mencari 300 ribu dolar untuk beaya kuliah kedokteran Harvard, lalu berhenti akhirnya lepas kendali sampai semuanya kacau. Ini sosok anak jenius dan baik. Bagaimana jika judi dimainkan anak muda di pelosok desa, yang pangannya kurang gizi dan nutrisinya tidak seimbang karena sudah diinformasikan oleh pemerintah, saat ini nyaris rawan pangan, termasuk pemilik IQ dalam kategori terendah di dunia. 


Jika bahaya pinjol dan judi online ini tak segera diatasi, rasanya omong kosong bicara visi Indonesia Emas 2045? 


Intinya, main judi itu, jujur dan adil saja masih kalah. Apalagi judi online yang jelas dipegang mesinnya oleh bandar? 


Saya tertawa sendiri melihat aplikasi pinjol di ponsel, merasa begidik, ngeri dan penuh kecemasan, lalu membatin. “Alangkah tololnya saya jika keranjingan judi dari uang pinjol.” (*)

LIPSUS