Cari Berita

Breaking News

Bersama Pak Bambang Menyelamatkan Lampung Post

Dibaca : 0
 
INILAMPUNG
Jumat, 24 Maret 2023

OBITURASI

Bambang Eka Wijaya, Pimpinan Umum Lampung Post (ist)


  • Oleh : Ilham Djamhari
  • Redaktur Haluan Lampung


PERISTIWA itu terjadi akhir tahun 1999, suatu kejadian atau "Extra Ordinary Accident in Media  Newspaper"  yang menimpa koran kebanggan masyarakat Lampung, yakni Lampung Post. 


Pak Bambang Eka Wijaya saat itu sebagai Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan Penanggung Jawab Surat Kabar Umum Lampung Post, yang tergabung dalam manajemen Media Grup, betapa terpukulnya secara psikologis dan stress nyaris depresi dan menguras pikirannya yang semrawut.


Saat hampir 99 persen karyawan jajaran redaksi   mulai office boy, sopir, karyawan pra cetak,  jajaran redaksi hingga reporter, secara beramai-ramai mundur bersama.


Saya tidak mengungkit kausalitas sabab musabab mengapa mereka keluar meninggalkan  koran Lampung Post secara bersamaan, saat itu oplahnya sudah cukup tinggi dan menjadi koran daerah kebanggaan masyarakau Lampung. 


Seperti halnya koran Jawa Post Jawa Timur, Kedaulatan Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, Suara Merdeka Jawa Tengah,  Pikiran Rakyat Jawa Barat dan lain-lain.


Peristiwa Luar Biasa Hebat (PLH) dalam manajemen transportasi yang dikalangan manajemen media adalah "Internal Conflict by Behaviour Human Resources Case" sebagai konflik jajaran pegawai dengan pihak manajemen. 


Kalau di Amerika dan Uni Eropa biasanya disebabkan soal upah atau salary, tunjangan kinerja, kondisi kerja dan lain-lain. Koran-koran besar di negara maju juga pernah mengalami hal ini seperti kasus di Lampung Post. 


Seperti USA Today, Washington Post, New York Times di AS, Sunday Morning Inggris,  De Telegraaf Belanda. Kalau kasus koran tutup di Indonesia karena habis modal biasa. Tapi kalau Lampung Post tidak demikian. 


Keuangannya sehat iklannya banyak, bahkan menyetor dana ke manajemen pusat di Media Indonesia Grup. Gaji wartawan dan karyawan juga sesuai UMR. Tapi kasus  konflik di Lampung Post bukanlah disebabkan masalah diatas. Kalau saya pahami hanya kesalahpahaman saja jajaran redaksi. 


Pak Bambang sebagai pemegang otoritas dan instruksi pimpinan media tidak dikerjakan sesuai prosedur operasional (Opsnal) oleh stafnya. Sehingga Pak Bambang menilai ada pembangkangan manajemen.


Sore itu saya tidak sengaja main ke Lampungpost yang masih berada di Jalan Ahmad Yani Tanjungkarang. Saya kaget kok banyak teman2 jajaran petinggi Harian Media Indonesia Jakarta berada di kantor Lampung Post. Saya merupakan wartawan Media Indonesia perwakilan Lampung, merasa agak aneh dan kaget suasananya sepi dan kulihat Pak Bambang  wajahnya pucat stress  dan tertekan.


 Ada perasaan secara psikhis yang dihadapi persoalan berat berkecamuk di matanya. Redaktur  Senior Media Indonesia dan anggota Dewan Redaksi Media Grup Bang Elman Saragih langsung memanggil saya. Lha ini orang saya muncul, Ilham kesini dulu. Aku kaget banget seperti mau disidang tah. Disitu ada Pak Bambang, beberapa petinggi Media Grup seperti Saor Hutabarat dan kepala Pra Cetak Media Indonesia  Suwachman.


Saya pun menerima penjelasan dari mereka secara detail soal kondisi Lampung Post saat itu. Bang Elman langsung beri instruksi,  Ilham anda wartawan handal dan orang terbaik di MI apalagi dari UGM. You dapat tugas berat bagaimana Lampung Post harus tetap terbit eksis dimata pembaca masyarakat Lampung. 


Stok beritamu di MI keluarkan semua dan Lampung Post harus terbit cetak seperti biasa. Siap Bos, kujawab begitu.


Elman menjelaskan, semua jajaran redaksi termasuk office boy, pra cetak, redaktur dan reporter keluar secara  mendadak secara tiba-tiba, semua file2 dihapus dan kembali dari nol. Lampung Post kritis memerlukan tenaga anda. Dan Selamat Bekerja, perintahnya. 


Saya pun dipanggil khusus sama pak Bambang. Ilham kesini sebentar, siap  jawabku. Bantu saya hingga Lampung Post kembali  ke kondisi normal  seperti sedia kala, siap Pak Bambang jawabku. Bagus, katanya. Aku depresi soal ngadepi ini, kata dia. Tenang dan Sabar Pak Bambang, semua problema bisa diatasi, kataku beri semangat dan dorongan moril. Pak Bambang yang terasa letih lelah  dan  masih mampu tersenyum, kulihatnya. 


Tak lama kemudian teman-teman lama  mantan Lampung Post yang sebelummya sudah keluar, berdatangan kembali kekantor Lampung Post seperti perasaan peduli dan ikut prihatin dan siap bertugas bekerja kembali membantu menyelamatkan Lampung  Post, yang nyaris Coleps atau tutup untuk kembali terbit seperti sedia kala.


Diantaranya Izhar Laily, Coni Sema, Heru Zulkarnain, Khaidir. Kemudian datang teman-taman dari biro daerah seperti Nasir, Alhuda, Sapuan dan lain-lain. Hanya Sabam Ucok Sinaga saja dan beberapa teman yang masih bertahan di Lampost tidak ikut hengkang ramai-ramai. Tim pra cetak sebanyak lima orang semua didatangkan dari MI Jakarta untuk mem Back Up (Mendukung) koran Lampung Post terbit seperti biasa. 


Malam itupun kami  secara beguyur gotong royong langsung bekerja bahu membahu dengan semangat 45 mengetik berita-berita termasuk kutip berita Antara yang baru datang dari Biro Antara Lampung dan kiriman berita MI via email.


Pak Bambang didepan saya malam itu menerima telepon dari Bang Surya, menanyakan kondisi perkembangan Lampung Post. Pak Bambang lapor ke Bang Surya, "Bang sudah aman nih koran Lampost digarap ramai-ramai,  sama IlhamDjamhari  wartawan MI Lampung bersama teman-temannya. Oke bagus, dan salam selamat bekerja, ujar bang Surya. 


Tak Lupa Bang Elman Saragih juga menerima telpon Bang Surya,bahwa situasi terkendali dan optimis Lampost terbit kembali, meskipun agat telat, ujar Elman pada Bang Surya. 


Saya nongkrongi mesin cetak bersama pak Bambang dan teman-teman lainnya, hingga subuh pkl 05 pagi. Bagian Pra cetak  anak - anak MI yang profesinal dengan cekatan bekerja cepat. Hingga koran dicetak agak terlambat dari biasanya, pukul 14.00 siang baru selesai, klaar dan koran diantar ke pelanggan dan berbagai instansi di Lampung maupun ke kabupaten - kabupaten. 


Waktu berjalan terus hingga koran terbit normal setelah 10 hari  hingga dua minggu berjalan. Berita - berita banyak disuplai dari Media Indonesia Jakarta dan KB Antara Lampung maupun teman-teman Biro daerah Lampost.


Saya melapor ke bang Sutan Syahrir Soe SH sebagai tokoh masyarakat Lampung perihal kejadian di Lampung Post. Sutan instruksikan Pak Bambang disuruh ke rumah beliau di kawasan Enggal Jl.Raden Intan. 


Hal ini ku informasikan pada Pak Bambang. Sorenya bersama Pak Bambang kami datang. Disitu sudah berkumpul Bang Sutan Syahrir, Udo Nuril  Hakim, Buya Harun Muda Indrajaya ketua PWI Lampung. Tak lama kemudian muncul Komjen Pol Sjachroedin ZP yang saat itu masih berdinas di Mabes Polri.


Tokoh-tokoh Lampung tersebut memberi dorongan semangat dan dukungan moral pada pak Bambang agar Lampung Post tetap eksis terbit dan bangkit kembali sebagai koran kebanggaan satu-satunya masyarakat Lampung. 


Pak Bambang merasa terharu dan terasa ada nutrisi semangat dalam membangun kembali Koran Lampung Post yang nyaris terpuruk pasca  ditinggalkan para awaknya. 


Begitu pula kalangan pengusaha Lampung diantaranya Acun CS pemilik  Hotel Pasifik, Cun Hai BW grup , Indrawan, Ong Chu pemilik Cafe Holywood dan lain-lain. 


Mereka menjamin tetap memberi iklan-iklan apapun pada Lampung Post, saat kami bersama Pak Bambang bertemu mereka. 


Dan hal inilah yang memberi dorongan semangat pada Pak Bambang bahwa Lampung Post masih dihati masyarakat Lampung.


Saya dipanggil Pak Sutoto Kepala Biro Humas pemprov di era Gubernur Oemarsono. Saya ceritakan kronologi kejadiannya. Pak Sutoto menegaskan, Pemprov Lampung siap mendukung  mem backup Koran Lampung Post apapun yang dibutuhkan dan penambahan eksemplar koran termasuk iklan pariwara. 


Hal ini kulaporkan pada Pak Bambang, dan Pak Bambang menyatakan terima kasih banyak. 


Tiada hari saya mengawal Pak Bambang saat-saat kondisi darurat Lampung Post. Termasuk menikmati hiburan di cafe Hotel Sahid yang difasilitasi Kanjeng Andi Ahmad sambil bernyanyi ria menghilangkan problema dipikirannya. 


Pak Bambang pun terhibur dan saya memegang mobil putih Suzuki Katana mengantar pulang ke kediamannya di Batara Nila. 


Saat menjemput kedatangan Bang Surya Paloh di Bandara Raden Intan Branti, begitu mendengar kasus Lampung Post, beliau langsung meluncur ke Lampung. 


Saat tiba di landasan Pak Bambang dirangkul Bang Surya. Di VIP Room Bandara Bang Surya biasalah agak ngomel dikit2. Secara  tegas Bang Surya bilang, jaga baik-baik Lampost tetap terbit dan eksis ya Bambang, ya Ilham, kubilang siap.!!. Pak Bambang manggut-mangut.. 


"Kalo ribut lagi kututup selamanya koran Lampung Post", ujar Bang Surya tegas. 


Hal itu juga dikatakan pada seluruh karyawan Lampost saat briefing di Hotel Sheraton Lampung. Dia mengancam akan menutup koran ini seterusnya kalau terjadi konflik internal lagi. 


Koran Lampung Post akhirnya lolos dari tubir jurang nyaris tutup dan terbit normal kembali seperti biasa dengan merekrut redaktur, reporter, fotografer, pra cetak. 


Dan kantor Lampost pindah ke gedung baru di  Jl.Soekarno Hatta By Pass.Gegara Lampung Post saya di BKO kan selama setahun. Saya mau kembali ke Media Indonesia namun Pak Bambang menahan nanti dulu.


Gantyo Kuspradono redaktur MI  juga usul kamu biar di Lampung Post aja sebagai tenaga handal. Tapi aku lapor Elman Saragih biar aku kembali ke habitat MI lagi.


Pemred  MI, Saor Hutabarat sambil menepuk pundak saya, Ilham kau salah satu tenaga andalan grup MI. Kau memang anak didik Bang Ashadi Siregar di Fisipol UGM sudah terlihat di kampus, katanya. 


Ashadi Siregar adalah dosen Fisipol Komunikasi yang sangat akrab dengan Bang Saor. Pak Bambang berkesan atas kerjamu, ujar dia. 


Makasih Bang, kataku. Itu tugasku sebagai orang MI, jawabku. 


Saor Hutabarat adalah kakak tingkat di UGM jurusan Komunikasi Fisipol, dia angkatan 74 dan aku angkatan 78. Saor Hutabarat pemred Gelora Mahasiswa koran kampus UGM dimana saya sebagai reporternya, lalu dibreidel Rektor UGM Prof Sukaji Ranoewihardjo MA tahun 1980. 


Saor Hutabarat cerita, dalam manajemen Media di dunia setiap timbul gejolak internal di jajaran manajemen dan redaksi, apalagi 90 persen karyawannya hengkang, pasti lumpuh total dan macet. Paling tidak butuh tiga bulan koran itu terbit kembali karena harus mempersiapkan SDM, pelatihan, training awak redaksi dan lain-lain. Tapi kasus di Lampost tidak demikian. 


Begitu 90 persen awak redaksi hengkang, koran ini masih eksis dan tetap terbit meskipun dalam kondisi darurat dan cetak terlambat. Hal ini karena ada tangan-tangan malaikat kecil dan Dewa penyelamat, dibawah pimpinan Pak Bambang dan Elman Saragih redaktur senior MI, Lampost tetap eksis dan selamat dari krisis yang menghantamnya. 


Ada orang-orang lama yang tetap loyal pada Lampung Post. Terima kasih kau Ilham salah satu tenaga handal MI, gak salah-salah kau dikirim ke Lampung haa haaa, ujar Saor Pemred MI yang  ahli manajamen media dan pakar media massa alumnus Fisipol UGM. 


Saor mantan Pemred Editor yang dibreidel rezim Soeharto Orba.


Salah satu Direktur di Jajaran Deppen Pusat  Drs Tulus Barjono MA saat saya temui di kantornya Jakarta, mengaku kaget dengan kasus yang menimpa Koran Lampung Post. 


Ya saya sudah menerima laporan dari Deppen Lampung secara lengkap kronologisnya, ujar pejabat kakak tingkat di Fisipol UGM yang alumni S2 sebuah universitas di AS. Di AS kata dia kasus konflik internal sebuah media massa umumnya dipicu upah dan kesejahteraan. Namun Lampost tidak, justru konflik wartawan dengan pimpinan. Kalau di AS sudah dibawa ke ranah hukum, ujarnya.


Saya katakan, Pak Tulus missi saya cuma menyelamatkan investasi dan aset pak Surya Paloh  yang sudah menggelontor kan milyaran rupiah untuk investasi koran di Lampung. Mulai akuisisi dari manajemen lama, pembenahan manajemen, pelatihan SDM, jaringan pemasaran, iklan dan lain-lain. 


Jangan sampai gegara konflik koran ditutup sehingga banyak pengangguran tenaga kerja dan kerugian luar biasa besar, kataku. 

Ilham Djamhari

Saat mendengar Pak Bambang Eka Wijaya wafat  pada Senin siang, di rumah sakit, bak gelegar seperti terdengar halilintar di siang bolong. 


Dengan langkah gontai aku menuju ke rumahnya di Bataranila. Disana sudah ramai pelayat berkumpul . 

Saya baca Yassin di depan jenazahnya, seraya kutahan air mataku. Tepekur dan doa-doa kupanjatkan. Selamat jalan Guruku, Sahabatku, ilmumu mewarisi semua wartawan muda yang pernah kau didik bersamamu.


 Amal dan Ibadahmu semoga diterima di haribaan Tuhan Yang Esa. Semoga husnul khotimah, aamiin. 




Ilham Djamhari

Redaktur Haluan Lampung

LIPSUS