Kabar tentang gajah "sambangi warga" heboh. Malam menjelang pagi, ratusan orang, baik orang tua, anak muda --kompak keluar rumah, membawa obor dan senter. Semua aparat desa dikerahkan oleh Sumarno, Kepala Desa Laburatu Tujuh.
Mereka siaga dilahan pertanian masing-masing, hingga suasana peladangan malam itu seperti pawai obor atau pasar malam. Dengan jaket, perlengkapan senter dan obor mereka menyebar ditiap sudut jalan masuk peladangan.
Sutikno, salah satu warga dusun IV, Desa Labuhanratu Tujuh, menceritakan, gajah tersebut keluar dari hutan Taman Nasional Way Kambas (TNWK), sekitar pukul 02.00 dini hari.
Postur hewan yang dilindungi sangat besar. Tinggi badan mencapai empat meter dengan panjang lima meter.
"Besarnya hampir menyerupai mobil truk fuso Pak, maka kami melihatnya jadi ketakutan," kata Sutikno, kepada inilampung.com, Selasa (26/9).
Sutikno adalah salah satu dari belasan warga yang pekarangnya dilewati gajah tersebut. Sawah dan kolam ikan patin, milik warga memang yang dijadikan jalan masuk gajah menuju perkampung.
Namun, anehnya, kata Sutikno, gajah tersebut tidak merusak sedikitpun lahan sawah warga. Bahkan, kolam ikan miliknya juga tidak mengalami kerusakan.
Hanya tempat industri cetak bata merah, yang sedikit yang hancur ke injak gajah.
Padahal, tak jauh dari tempat gajah "istirahat" ada hamparan sawah yang luas dan hampir panen.
Para warga sempat sujud syukur, oleh aksi satwa liar bertelinga lebar itu, karena seperti memahami apa yang menjadi harapan petani. Tidak merusak ladang sawah.
"Alhamdulilah gusti, kok ya gajah tadi malam itu cuma nengokin warga, tak merusak tanaman padi seperti halnya tahun tahun sebelumnya," ujar Ipong, rekan Sutikno, petani dari dusun tiga, menambahkan.
Pakwo (berkaos kuning) Sekdes Labuhanratu Tujuh ( inilampung)Sekertaris Desa, Dwi Wahyono alias 'Pakwo' membenarkan adanya aksi gajah masuk desanya. Peristiwa tersebut berlangsung hingga menjelang pagi, berkat kekompakan warga, gajah sudah digiring kembali memasuk hutan TNWK.
"Alhamdulilah aman, warga dengan gotong dan sukarela menggiring gajah masuk kembali ke habitatnya, way kambas," kata Wahyu.
Perhatian Pemerintah
Menurut Ambarwati, Ketua LPMPI, sebuah lembaga yang selama ini melakukan pendampingan warga dipinggiran Taman Nasional Way Kambas, aksi gajah masuk desa masih menjadi problem sosial akut.
Pemerintah perlu memperhatikan kasus ancaman gajah Way Kambas, karena problem itu akan terus terjadi dan berdampak buruk bagi petani.
Bulan lalu, (23/8/2022), ada 15 ekor gajah merusak puluhan hektar jagung di desaTegalyoso, Kecamatan Tegal Ombo, Lampung Timur.
Bahkan, kasus kematian petani diinjak gajah liar sering terjadi. Santuan dan peralatan pengaman yang ada sangat minim.
Kekatnya perladangan warga dengan TNWK yakni 500 meter memudahkan gajah untuk menghabiskan ladang jagung.
Ambar berharap pemerintah dapat segera merealisasikan pembuatan tanggul agar gajah tidak bisa masuk lagi ke perladangan maupun kampung warga.
Mulai Punah
The Sumatran elephant, Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) yang ada di Lampung Timur adalah subspesies dari gajah asia yang hanya berhabitat di Pulau Sumatra.
Gajah sumatra berpostur lebih kecil daripada subspesies gajah india. Populasinya memang semakin menurun dan menjadi spesies yang sangat terancam.
Dalam catatan ilmuan hewan terlindungi, tinggal sekitar 2000 sampai 2700 ekor gajah sumatra yang tersisa di alam liar berdasarkan survei pada tahun 2000.
Sebanyak 65% populasi gajah sumatra lenyap akibat dibunuh manusia, dan 30% kemungkinan dibunuh dengan cara diracuni oleh manusia. Sekitar 83% habitat gajah sumatra telah menjadi wilayah perkebunan akibat perambahan yang agresif. (Laporan Ujang/inilampung)