Komisaris Utama PTPN VII Nuhidayat saat berkunjung ke unit kerja PTPN VII wilayah Sumatera Selatan. |
INILAMPUNG, Banyuasin -- Seiring terpenuhinya standar agronomis, semua komoditas yang dibudidayakan PTPN VII terus terpacu. Pada komoditas kelapa sawit, semua unit kerja di Wilayah Sumatera Selatan menunjukkan kontribusi positif. Dua diantaranya Unit Bentayan dan Betung Krawo yang berada di Kabupaten Banyuasin.
Komisaris Utama PTPN VII Nuhidayat mengapresiasi kinerja dua unit kerja kebun yang tidak memiliki pabrik itu. Ia ingin memastikan apa yang telah diputuskan manajemen dengan memenuhi semua kebutuhan budidaya terbukti di lapangan.
“Saya wajib memastikan bahwa apa yang menjadi kebijakan manajemen dilaksanakan di lapangan dan berdampak sesuai dengan proyeksi. Dan alhamdulillah, usaha tidak mengkhianati hasil,” kata Nurhidayat saat meninjau dua unit kerja PTPN VII itu, Senin (23-5-2022).
Mantan Direktur Pelaksana PTPN III Holding itu mengatakan, sejak 2020, manajemen PTPN VII didukung penuh PTPN Holding memenuhi semua kebutuhan agronomis semua unit kerja. Kebutuhan standar seperti pupuk, biaya perawatan, obat-obatan, infrastruktur, dan biaya SDM terus dipenuhi.
Nurhidayat hadir disambut SEVP Operation I PTPN VII Budi Susilo, Kabag Ops. I Danil Solikhin, dan beberapa pejabat lain. Dia mengakui, efek positif dari perbaikan agronomis itu tidak langsung seperti pada tanaman tahunan. Ia menganggap, dua tahun setelah aplikasi agronomis adalah waktu yang tepat untuk mengevaluasi dan melihat hasilnya.
“Saya menilai di dua kebun ini sangat positif hasilnya. Jadi, setelah hampir semua aspek agronomisnya kita penuhi, dampaknya akan kelihatan saat ini. Meskipun demikian, saya masih punya catatan bahwa sesungguhnya grafik ini masih bisa didorong naik lagi,” kata dia.
Komut yang sempat menjabat Direktur Tanaman Semusim di PTPN Holding ini juga menyoroti banyaknya kendala di lapangan, terutana di Unit Bantayan. Ia mengetahui, kebun seluas lebih dari delapan ribu hektare itu mengalami kondisi “merana” ketika kinerja manajemen secara keseluruhan melambat enam tahun lalu.
“Kami menyadari banyaknya kendala di lapangan, seperti di Bentayan ini. Ini kan kebun terjauh di wilayah Sumsel. Kondisinya juga kurang kondusif beberapa tahun lalu. Makanya, ketika kinerja 2021 sudah mencatatkan laba, itu sudah bagus. Tetapi, untuk tahun 2022 ini harus lebih bagus lagi,” kata dia.
Meskipun demikian, ia meminta seluruh elemen di unit jangan terlena. Ia mengatakan, kondisi kurang ideal beberapa waktu lalu adalah pelajaran berharga agar tidak terulang.
“Realisasi dan potensi di Bentayan ini cukup bagus. Dan setelah melihat di lapangan memang bagus. Capaian produksi 17,5 ton per hektare saat ini harus terus ditingkatkan menjadi 19 ton per hektare. Capaian laba kebun tahun 2021 mencapai Rp 99 miliar ini cukup bagus.”
Manajer PTPN VII Unit Bentayan Budi Susanto dalam paparannya menjelaskan potensi yang ada di Bentayan tahun 2022 ini sangat luas. Dari areal Bentayan 8.635 hektare, dia mengaku masih banyak potensi yang bisa digali.
“Kami juga mengakui, dari sisi produksi masih banyak yang terbuang, dan peluang ini akan kami capai tahun ini. Tahun 2022, target laba Rp 15 miliar, dan hingga saat ini produksi baru tercapai 60 persen. Melihat dilapangan, kami optimistis target akan tercapai,” kata Budi.
Saat ini, terus Budi, produksi masih terus meningkat ini karena semua sarana prasarana sudah dipenuhi. Kinerja produksi sampai dengan Mei 2022 bisa mencapai 102 terhadap RKAP.
“Disisi posisi produktivitas kami juga mengalami peningkatan, bahkan pernah mencapai 400 ton per hari. Untuk pencapaian kinerja, kami memiliki strategi yakni pemupukan yang efektif, tahun ini sudah mencapai 54 persen.”
Betung Krawo
Penilaian yang sama disampaikan Nurhidayat saat melanjutkan kunjungan ke Unit Betung Krawo. Ia mengaku surprised dengan pencapaian Unit Beka (Betung Krawo) yang pada kinerja 2021 lalu mencatat capaian produksi tertinggi di PTPN VII.
“Alhamdulillah, tahun 2021 PTPN VII bisa membukukan laba sebesar Rp143 miliar. Capaian kinerja PTPN VII tahun 2021 ini harus menjadi titik balik meraih kejayaan kembali. Sebab, kita tahun Beka ini adalah kapal induknya sawit PTPN VII,” kata dia.
Sementara Manajer Unit Beka, Syafei Ritonga menjelaskan untuk produksi Semester I diestimasi hingga Mei 2022 sekitar 7.860 ton TBS. Angka ini, kata dia, ekuivalen dengan 90 persen dari RKAP. Dan untuk tandan per pohon mencapai 3,50 dari RKAP 3,99 tandan/pohon.
“Dengan angka yang sudah kami capai ini, kami yakin Unit Beka pada kinerja 2022 ini bisa melampaui RKAP,” kata mantan Manajer Unit Rejosari-Pematangkiwah ini.
Sementara SEVP Operation I Budi Susilo menilai kinerja Unit Bentayan harus ditingkatkan lagi. Tanaman tahun tanam 2008, 2009, dan 2010 yang ada di Unit ini, kata dia, merupakan tanaman potensial yang harus lebih tinggi protasnya.
“Dengan luas area TM (tanaman menghasilkan) 1.018 hektare ini harus melebihi protas rata rata PTPN VII. TBS yang ada saat ini harus ditingkatkan lagi. Komitmen untuk mencapai produksi 19 ton per hektare harus tercapai,” tantang dia.
Untuk Unit Betung Krawo, Budi mengingatkan agar potensi sebagai unit produksi tertinggi di PTPN VII harus ditunjukkan dengan kinerja di akhir tahun 2022.
“Perhatian yang diberikan manajemen ke unit Beka, kata dia, cukup banyak. Dan Beka harus menujukkan konsitennya dalan capain produksi, sehingga ada yang tergali. Tidak boleh lagi ada areal yang serut (tumbuh semak), sehingga kebun lebih terlihat bersih dan produktivitas naik.” (mfn/rls)