Oleh : Hasbullah
Tabik Puun !
Perhelatan Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-34 berlangsung di Lampung 23-25 Desember 2021 di Pondok Pesantren Darussadah Lampung Tengah. Masih dalam intaian covid-19 dengan virus varian baru, tentunya menjadi pekerjaan rumah panitia lokal agar suana muktamar dapat berjalan dengan baik, khidmat dan tidak ada akibat setelahnya.
Sebagai tuan rumah muktamar adalah bentuk kehormatan, yang ini tentunya harus dijaga dengan baik. Demi nama baik NU Lampung bukan saja pimpinan namun juga seluruh warganya. Pertaruhan kualitas kader NU Lampung tentunya menjadi taruhan. Kader yang tergabung di badan otonom baik Muslimat, Fatayat GP Ansor, PMII, IPNU dan IPPNU.
Muktamar NU, di Sang Bumi Ruwai Jurai ini tentunya menjadi kebangaan tersendiri bagi warga NU yang ada di tanah pahlawan Nasional Raden Intan. Penetapan Lampung menjadi tuan rumah Muktamar bukan hal yang mudah, dengan kualitas dan kuatitas warga NU yang tersebar di Lampung tentu ini menjadi pertimbangan besar. Banyak yang siap dan telah mengikhlaskan tenaga, fikiran dan hartanya demi suksesnya penyelenggaraan muktamar di Lampung.
Contoh saja, pemerintah daerah Lampung telah memberikan bantuan yang cukup besar demi suksesnya seluruh rangkain Muktamar NU di Lampung. Jelas, karena hal ini menyangkut harga diri sebagai tuan rumah.
Bagaimana tidak, perlu di akui bahwa banyak kader NU yang saat ini menempati kedudukan strategis secara politik di pemerintah pusat. Wakil Presiden, jelas beliau adalah respresentatif NU. Begitupun wakil Gubernur Lampung yang hari ini juga merupakan pimpinan Badan otonom NU di Lampung. Sudah pasti tidak ingin malu jika di katakan gagal dalam penyelenggaraan muktamar. Namun disisi lain posisi ini sebenarnya tidak menguntung NU secara organisasi. Karena mau tidak mau, perhelatan Muktamar akan dengan mudah di intervensi pemerintah.
Kedatipun begitu, perjalanan muktamar tentu tidak akan dengan mudah begitu saja meraih kata sukses. Antusias akan kehadiran peserta terlihat besar, belum lagi penggembira yang pasti akan hadir dalam jumlah besar. Semua ini, tentu tidak mudah untuk diatur sesuai ketentuan panitia. Meskipun begitu sebenarnya NU akan dengan mudah mengkondisikan. Basis kader dan anggota yang hampir 95% memiliki basis pondok pesantren, hal ini akan dengan mudah menggunakan arahan kiyai untuk mengendalikan peserta dan penggembira muktamar.
Belum lagi dengan suksesi kepemimpinan. Bukan hanya sukses secara penyelenggaraan yang merupakan sebagai harga diri bagi NU Lampung. Sukses kepemimpinan juga akan menjadi bagian yang penting difikirkan dan menjadi perjuangan berat bagi NU Lampung. Perebutan menjadi orang no 1 di NU telah tersebar di berbagai kalangan peserta Muktamar.
Nama ketua umum, yang muncul bagi panitia tentunya tidak akan berpengaruh, namun tidak dengan elit pimpinan NU di Lampung. Hal ini akan memberatkan pekerjaan dan fikirkan pimpinan NU Lampung. Karena NU Lampung juga harus nempatkan kader terbaik agar bisa masuk dalam jajaran pengurus inti NU periode kedepan. Tentu ini konsekwensi logis hadiah sebagai tuan rumah Muktamar.
Maka kesuksesan Muktamar NU di Lampung menjadi tanggung jawab bersama warga NU Lampung. Tidak ketinggalan juga warga Lampung, harus memberikan keramahan terhadap tamu-tamu Muktamar. Tamu ini berasal dari seluruh Provinsi seluruh Indonesia baik itu peserta maupun penggembira.
Muktamar ke-34 dengan tema "Satu Abad NU: Kemandirian dalam Berkhidmat untuk Peradaban Dunia". Hal ini menyampaikan pesan bahwa, seluruh warga NU agar menjadikan NU mandiri dalam segala hal termasuk dalam mengembangkan organisasi dan juga memajukan bangsa. Pesan lainnya bahwa warga NU bergerak disemua bidang ada bentuk khidmat dalam rangka mewujudkan peradaban dunia jauh lebih baik.
Maka Muktamar NU ke-34 dalam menyongsong Satu Abad NU, harus berani melakukan revitalisasi bukan hanya dalam bentuk program kerja melainkan juga dalam kepemimpinan. Terhitung berat, tanggung jawab Muktamirin ini, selain menentukan nahkodah organisasi namun juga menentukan arah gerak organisasi.
Perbedaan pendapat pasti akan terjadi, namun tidak boleh menjadikan perpecahan. Sebagaiman pesan pendiri NU KH. Hasyim Asy'ari "Jangan jadikan pendapat sebagai sebab perpecahan dan permusuhan. Karena yang demikian itu merupakan kejahatan besar yang bisa meruntuhkan bangunan masyarakat, dan menutup pintu kebaikan dipenjuru mana saja.” (*)
Hasbullah
Dosen Universitas Muhammadiyah Pringsewu & Mahasiswa Program Doktor UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu