INILAMPUNGCOM - Anggota DPR Almuzzamil Yusuf mengusulkan agar Lemhanas ( Lembaga Ketahanan Nasional ) membuat kajian tentang perilaku para buzzer politik yang saat ini ramai di media sosial.
Kajian ini cukup penting mengingat banyak konflik dan pertentangan ideologi muncul di jagat maya.
Anggota Komisi I DPR asal Lampung Almuzzamil Yusuf mengatakan, Lemhannas perlu membahas dampak buzzer dalam konteks pengkaderan pemimpin bangsa.
“Persoalan diskursus yang terjadi di media sosial sudah sepatutnya mendapat perhatian dari Lemhannas,” ujar Almuzzammil di sidang DPR RI, Gedung Senayan, kemarin.
Apalagi, lanjutnya, pengguna internet di masyarakat Indonesia semakin luas. Data yang ada saat ini saja, 73 persen masyarakat Indonesia sudah terjangkau informasi digital. Diperkirakan, angka ini terus meningkat hingga menjangkau 97 persen penduduk Indonesia.
Perkembangan digital menghadirkan fenomena-fenomena baru. Salah satunya kemunculan buzzer politik yang selama ini tidak pernah terpikirkan.
“Saya tidak antipati dengan buzzer. Yang saya khawatirkan ketika dia keluar dari situ, dia menghukum orang-orang yang cerdas, para negarawanan dengan label-label yang tidak patut,” jelas politisi senior PKS ini.
Buzzer ini, lanjutnya, bergerak tidak sendiri, liar dan sama sekali tidak diketahui sosoknya. Ironinya, buzzer ini heboh di media sosial menyoroti pernyataan dan statement pejabat negara. Bahkan membenturkan ideologi negara, Pancasila dan agama.
Dia lalu mengungkit statement salah satu kepala lembaga negara pada Februari 2020 yang memicu kontroversi. Belum lagi isu-isu Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) yang dilaksanakan oleh KPK yang justru disambut negatif oleh para buzzer.
“Ini bukan hanya punya dampak ideologis, tapi politik, demokrasi dan hukum,” jelasnya. (RM)