Direktur PTPN VII Doni P. Gandamihardja beserta tiga SEVP PTPN VII.
INILAMPUNG, Bandarlampung - Peluncuran Indonesia Plantation (IP) Institute milik PT Perhutani di Jakarta, Selasa (29/12/2020), disambut antusias para stakeholder bidang pertanian dan perkebunan.
Launching secara daring via zoom itu juga diikuti Direktur PTPN VII Doni P. Gandamihardja beserta tiga SEVP dari Kantor Direksi, Bandarlampung.
“Kami diundang dan merasa sangat berkepentingan dengan inisiatif pendirian IP Institute ini. Industri perkebunan dan kehutanan sangat membutuhkan infrastruktur pendidikan yang maju. Sebab, industri agro sekarang memasuki science plantation,” kata Doni.
Dalam pengantar, Dirut PT Perhutani Wahyu Kuncoro mengatakan, IP Institute memiliki road map yang fokus di tiga bidang. Yakni, riset, inovasi, dan sistem manajemen pembelajaran.
Tahun 2021, pihaknya berharap dapat menerapkan aplikasi teknologi tinggi untuk pemuliaan pohon dan membantu perusahaan menjadi berkelas dunia di bidang perhutanan.
Untuk riset dan inovasi, dia melanjutkan akan dipusatkan di Cepu. "Kita punya enam kelompok peneliti yang akan melaksanakan riset teknis, kebijakan dan global serta penemuan maupun pengembangan," kata dia.
Sedangkan pendidikan dan pengajaran akan di fokuskan di Madiun. "Saat ini dalam proses menjadi semacam 'sekolah' untuk budidaya hutan, manajemen, teknologi hasil, perhutanan sosial, konservasi hutan dan perubahanh iklim serta bisnis kehutanan dan lain-lain," ujarnya.
Sementara itu, Amalia E maulana, Direkctor Etnomark Consulting mengatakan ada tiga kata kunci dalam optimalisasi institusi penelitian dan pengembangan yaitu branding, co-branding dan thougt leadership.
Pertama, kata dia, branding itu adalah bagaimana cara kita untuk mengelola sejauhmana manfaat dari suatu produk. "Jadi pengelolaan branding perlu dilakukan secara profesional sejak awal sehingga menjadi tumbuh sehat dan berkembang sesuai potensi untuk mencapai yang diharapkan," kata dia.
Dia mengatakan, Indonesia Plantation (IP) Institute sebagai brand baru harus melakukan pengelolaan reputasi dan kepercayaan.
Co-Branding, artinya kita branding bersama. IP Institute itu tidak sendirian, karena dibelakangnya ada Kementerian BUMN, PTPN, RPN dan LPP Agro Nusantara.
Sehingga, IP Institute memberikan manfaat baru dan terasosiasi pada brand pendukung tersebut. "Gabungan manfaat itulah yang akan mewujudkan esistensinya," ujar dia.
Terakhir, tersedianya periset serta pengajar-pengajar yang handal atau ahli serta profesional di bidang perkebunan. Selanjutnya, Amalia menambahkan adanya konsultan perkebunan paham di bidangnya tersebut.
"Jadi, thought leader itu adalah orang-orang yang kompeten di bidangnya, dihargai dan dijadikan rujukan untuk berkosultasi dalam ilmu-ilmu terbaru dan solusi dari permasalahan seputaran bidang tersebut," katanya. (mfn/rls/inilampung.com).